Kuala Lumpur, Gatra.com - Malaysia telah menyetujui untuk membeli 12,8 juta dosis vaksin COVID-19 produksi Pfizer dan merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang mengumumkan kesepakatan dengan produsen obat dari Amerika Serikat, itu meski ada sejumlah kendala mengenai kesiapan tempat penyimpanan.
Dikutip Reuters, Jumat (27/11), data uji coba terakhir menunjukkan bahwa vaksin Pfizer 95 persen efektif, namun banyak negara Asia tidak tertarik karena wilayahnya sebagian panas tropis, dengan komunitas pulau terpencil, dan terbatasnya alat penyimpanan berupa freezer ultra-dingin.
Vaksin Pfizer, yang dikembangkan bersama dengan mitra Jerman BioNTech, harus disimpan dan bertahan pada suhu -70 derajat Celcius, dapat disimpan di lemari es hingga lima hari, atau hingga 15 hari dalam kotak pengiriman termal.
Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengatakan pada hari Jumat bahwa Malaysia akan memprioritaskan kelompok berisiko tinggi yang termasuk garis depan, warga lansia, dan mereka yang memiliki penyakit bawaan, seperti penyakit jantung dan diabetes.
Pfizer akan memberikan satu juta dosis pertama pada kuartal pertama 2021, dengan 1,7 juta, 5,8 juta dan 4,3 juta dosis yang kemudian diikuti pada kuartal-kuartal berikutnya.
Kesepakatan itu diharapkan mencakup 6,4 juta orang Malaysia, atau 20 persen dari populasi, dengan 10 persen lainnya akan ditanggung di bawah partisipasi Malaysia dalam fasilitas COVAX global, yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Malaysia, yang akan mendistribusikan vaksin kepada rakyatnya secara gratis, melaporkan 1.109 infeksi baru COVID-19 pada hari Jumat.
Negara ini juga berencana untuk menjalankan uji coba tahap 3 dari vaksin eksperimental yang dikembangkan oleh Akademi Ilmu Kedokteran China. Uji coba akan melibatkan 3.000 peserta.
“Vaksin Pfizer masih membutuhkan persetujuan dari regulator, termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dan Kementerian Kesehatan Malaysia sebelum didistribusikan,” kata Muhyiddin dalam pidato yang disiarkan televisi.
FDA merencanakan pertemuan pada 10 Desember untuk membahas apakah akan mengotorisasi vaksin Pfizer untuk penggunaan secara darurat.
Pfizer dan BioNTech memiliki kesepakatan pasokan dengan beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Kanada, Australia, dan Inggris.
Mereka berharap dapat memproduksi secara global hingga 50 juta dosis vaksin pada tahun 2020 dan hingga 1,3 miliar dosis pada tahun 2021.
“Lebih dari 150 vaksin potensial sedang dikembangkan dan diuji secara global untuk menghentikan pandemi COVID-19, dengan 48 dalam uji coba pada manusia,” kata WHO.
Minggu ini AstraZeneca mengatakan vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford bisa menjadi sekitar 90 persen efektif, mengikuti hasil positif dari Pfizer, Moderna dan Sputnik V. Rusia.