Home Ekonomi Kebijakan BI, Kunci Peningkatan Volatilitas Aliran Modal

Kebijakan BI, Kunci Peningkatan Volatilitas Aliran Modal

Jakarta, Gatra.com - Capital Flows, Exchange Rate, and Policy Frameworks in Emerging Asia melaporkan, besarnya likuiditas global merupakan faktor utama yang mendorong kenaikan aliran modal ke negara-negara berkembang, selain faktor prospek pertumbuhan yang lebih baik, serta kebijakan lalu lintas modal yang kondusif di sejumlah negara berkembang. Volatilitas aliran modal ini lah yang berpotensi meningkatkan volatilitas dan tekanan terhadap nilai tukar, dan pada akhirnya dapat mempengaruhi stabilitas moneter dan sistem keuangan.

Karenanya, untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan respon kebijakan yang tepat dari bank sentral, khususnya untuk mengatasi volatilitas aliran modal dan nilai tukar. Sebab, bank sentral lah yang biasa melakukan monitoring terhadap likuiditas valuta asing, termasuk mengamati kecepatan perubahan nilai tukar serta pengaruh aliran modal terhadap harga aset, untuk menjamin pasar keuangan tetap berfungsi dengan baik.

"Untuk menjaga stabilitas eksternal, beberapa bank sentral melakukan intervensi di pasar valuta asing apabila terjadi volatilitas nilai tukar yang berlebihan. Sementara itu, jumlah bank sentral yang menerapkan kebijakan makroprudensial untuk menjaga kestabilan sistem keuangan juga mulai mengalami kenaikan," begitu bunyi laporan Capital Flows, Exchange Rate, and Policy Frameworks in Emerging Asia, yang dikutip dari laman resmi Bank Indonesia (BI), Jumat (27/11).

Sementara itu, Capital Flows, Exchange Rate, and Policy Frameworks in Emerging Asia merupakan laporan hasil kajian yang dilakukan oleh sebuah tim kerja beranggotakan 12 bank sentral anggota BIS (Bank for International Settlements) Asian Consultative Council. Dimana anggotanya terdiri dari bank sentral di kawasan Asia-Pasifik, yaitu: Australia, China, Hong Kong SAR, India, Indonesia, Japan, Korea, Malaysia, New Zealand, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Sementara itu, kajian ini disusun untuk melihat penggunaan kebijakan moneter, makroprudensial, nilai tukar, dan manajemen aliran modal dalam mengatasi dampak kenaikan volatilitas aliran modal terhadap stabilitas nilai tukar yang saat ini banyak terjadi di negara-negara berkembang.

"Pandemi Covid-19 juga menjadi stress-test bagi kerangka kebijakan bank sentral saat ini. Selain menerapkan berbagai kebijakan konvensional, bank sentral di kawasan Asia Pasifik juga menempuh kebijakan yang tidak biasa (unconventional) untuk memitigasi dampak krisis, menjamin kecukupan likuiditas di pasar keuangan, dan merelaksasi pengaturan sehingga tidak terjadi negative feedback loops antara sektor riil dan sektor keuangan," lanjut laporan itu.

Sementara itu, dalam hal ini, koordinasi dan kerja sama yang erat antara Bank Sentral dan Pemerintah juga menjadi kunci dari efektivitas respons kebijakan dalam mengatasi krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19.

188

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR