Siak, Gatra.com - Jika tidak ada aral melintang, Tengku Buwang Asmara akan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Persyaratan administrasi usulan calon pahlawan nasional sudah hampir rampung dibikin oleh Pemerintah Kabupaten Siak, Riau.
"Naskah sejarah perjuangan Tengku Buwang Asmara melawan Kolonial Belanda saat Perang Guntung di Selat Guntung sudah selesai. Insy Allah, apa yang kita harapkan, akan dikabulkan pusat," kata Kepala Dinas Sosial Kabupaten Siak, Wan Idris kepada Gatra.com, Kamis (26/11).
Wan Idris pun berharap proses usulan calon Pahlawan Nasional untuk Tengku Buwang Asmara yang bergelar Sultan Abdul Jalil Muzafarsyah ini lancar. Sebab, kata dia, pengajuan usulan calon Pahlawan Nasional juga ada batasannya.
"Jika sudah tiga kali mengusulkan namun tidak diterima, maka tidak akan ada kesempatan selanjutnya. Nah kita berharap, pada usulan pertama nanti tidak ada kendala. Dan Tengku Buwang Asmara masuk dalam daftar nama pahlawan nasional ke dua di Siak setelah Sultan Syarif Kasim," kata dia.
Dijelaskan Wan Idris, berdasarkan naskah sejarah yang disusun oleh Dt. H.O.K. Nizami Jamil, Prof. Drs. Suwardi, MS, Dr. Wilaela M.Ag, Dt. H. Azali Djohan SH, Prof. Dr. Isjoni, M.Si, Dr. Ellya Roza, M.Hum Reza Pahlefi dan Cindy Shandoval, S.Ark, saat itu Belanda dan Kerajaan Siak memang bermusuhan saling berebut kekuasaan dan pengaruh di Selat Malaka dan Belanda.
"Tengku Buwang Asmara merupakan Sultan Siak yang ke II. Perjuangannya ini tentunya perlu kita angkat serta abadikan sebagai bentuk penghormatan atas jasanya, untuk itu kita usulkan Tengku Buwang Asmara sebagai Pahlawan Nasional," kata dia.
Sekarang ini, lanjutnya, nama Tengku Buwang Asmara atau Sultan Abdul Jalil Muzaffar Syah juga dipakai untuk nama jalan di Kota Siak Sri Indrapura serta Nama Bumi Perkemahan Pramuka, yang terletak di Kampung Merempan Hilir, Kecamatan Mempura, Siak.
"Dengan mengingat jasanya terhadap negeri ini, maka Pemkab Siak bekerjasama dengan tim penyusunan dan penulisan Naskah Sejarah Perjuangan Tengku Buwang Asmara yang terdiri dari, masyarakat sejarawan Indonesia, akademisi, budayawan Riau, sejumlah tokoh masyarakat Riau hingga Arkeolog, mengabaikan sejarah perjuangan Tengku Buwang Asmara ke dalam sebuah buku," kata dia.
Dari dalam naskah sejarah itu, lanjut Wan Idris, Sultan Kedua Kerajaan Siak ini sangat konsisten menentang kehadiran Belanda di wilayah kekuasaannya tanpa kenal menyerah hingga mangkat pada tahun 1760.
Semangat patriotik dan cinta tanah air tersirat dalam wasiatnya sebelum wafat. Ia berpesan kepada anaknya Tengku Ismail dan Kemenakannya Tengku Muhammad Ali, agar mereka tidak bekerja sama dengan penjajah dan tidak berpecah belah melakukan perang saudara.
"Sejak muda ia sudah ditambalkan sebagai Sultan, ia telah berjuang di perairan Riau dan Selat Malaka untuk mempertahankan kedaulatan Kerajaan Siak," kata Wan.
Dengan masuknya nanti nama Tengku Buwang Asmara dalam daftar pahlawan nasional, kata Wan, maka marwah dan nama Kabupaten Siak juga terangkat. Sebab, putra terbaik Melayu Riau menjadi pahlawan nasional RI.