Jakarta, Gatra.com - Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT), Budi Arie Setiadi, mengatakan, jumlah desa tertinggal di Kabupaten Wakatobi menurun drastis.
Menurut Budi Arie, penurunan jumlah desa tertinggal tersebut merupakan buah dari pembangunan atau pengentasan desa-desa sangat tertinggal di Wakatobi dalam 5 tahun terakhir.
"Setidaknya desa sangat tertinggal sudah tidak ada. Desa tertinggal memang masih ada, tapi dalam tempo sesingkat-singkatnya kita upayakan agar bagaimana desa tertinggal tidak ada lagi," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Gatra.com di Jakarta, Sabtu (21/11).
Budi Arie menyampaikan keterangan tersebut pada Sarasehan Pengembangan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, itu lebih jauh menyampaikan, capaian pembangunan desa ini merujuk pada data Pemerintah Kabupaten Wakatobi.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Wakatobi itu di antaranya, pengentasan desa sangat tertinggal yang pada tahun 2018 sebanyak 6 desa menjadi nol pada tahun 2020. Pengentasan desa tertinggal yang pada tahun 2018 sebanyak 52 desa menjadi 9 desa pada tahun 2020.
Selanjutnya, peningkatan desa berkembang pada tahun 2018 sebanyak 16 desa menjadi 60 desa pada tahun 2020 dan peningkatan desa maju yang pada tahun 2018 berjumlah nol menjadi 6 desa pada tahun 2020.
Menurut Budi Arie, Kabupaten Wakatobi memiliki potensi yang sangat luar biasa. Ia menegaskan bahwa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) akan terus mendorong pengembangan wisata maritim di Wakatobi.
"Kita dukung wisata maritim di Wakatobi, khususnya diving, sebagai potensi utama Wakatobi untuk terus berkembang," ujarnya.
Di samping itu, ia mengingatkan bahwa pembangunan wisata maritim di Wakatobi juga harus dibarengi dengan peningkatan digitalisasi di desa-desa. Menurutnya, digitalisasi menjadi sebuah keharusan untuk memastikan desa-desa memiliki daya saing.
"Kalau mau menjadi Kabupaten Maritim, mampu bersaing, digitalisasi harus dan wajib direalisasikan di Wakatobi. Ke depan tidak bisa lagi mengelak dengan digitalisasi. Desa harus siap," ujarnya.
Dalam kunjungannya tersebut, Budi Arie juga menyerahkan bantuan berbagai sarana pendukung pengembangan ekonomi kawasan perdesaan di Kabupaten Wakatobi. Beberapa bantuan tersebut di antaranya, bantuan pembangunan air bersih (UF PUMP dan RO), kapal tangkap ikan 10 GT, pembangunan dive center, dan restoran panggung.
Selanjutnya, bantuan pembangunan gerai kerajinan dan alat tenun bukan mesin, pembangunan pasar kawasan, pengembangan sarana prasarana BUMDes Bersama dan UBK, jalan antardesa dan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya.
Sementara itu, Plt. Bupati Wakatobi, Aslaman Sadiq, mengatakan, pembangunan desa-desa di Wakatobi juga tidak lepas dari kontribusi dana desa. Menurutnya, anggaran dana desa di Kabupaten Wakatobi mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Pada tahun 2015 dana desa Kabupaten Wakatobi sebesar Rp31.225.856.000, meningkat menjadi Rp66.967.198.000 pada tahun 2020.
"Dana desa yang diperoleh Wakatobi dalam kurun waktu lima tahun meningkat sebesar 57%," ujarnya.