Cilacap, Gatra.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah kesulitan menerapkan protokol kesehatan (prokes) di pengungsian. Selain karena jumlah pengungsi yang banyak, protokol juga sulit diterapkan lantaran warga membandel.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy mengatakan penggunaan masker, jaga jarak, dan cuci tangan sulit diterapkan di pengungsian. Padahal, secara rutin petugas dan relawan mengingatkan warga agar menaati protokol kesehata.
“Sulit. Ya kita sudah tegas kepada warga agar taat protokol kesehatan. Tapi ya begitu, masih sulit,” ucapnya.
Sebagai jalan tengah, kata Komara, BPBD mengambil kebijakan satu lokasi pengungsian digunakan oleh warga dari keluarga yang sama atau dari tetangga terdekat. Hal itu dilakukan agar tidak ada kemungkinan penularan dari orang tak dikenal atau yang berlokasi lebih jauh.
“Kalau dengan keluarga dan tetangganya kan saling mengenal. Mereka kan tahu, sakit apa tidak,” ujarnya.
Di pengungsian SD Negeri 3 Sudagaran, tiap ruangan kelas dihuni oleh satu kelompok warga yang rumahnya berdekatan. Kemudian, dalam penataan di ruang kelas, tiap keluarga ditempatkan di satu titik yang sama.
“Di sini, satu keluarga dapat satu tempat. Jadi tidak campur dengan yang lainnya. Sudah dibagi-bagi,” kata Sri Mulyani, seorang pengungsi asal Sudagaran, Kecamatan Sidareja.
Sri mengaku sulit menerapkan protokol kesehatan karena antara ruangan dan jumlah pengungsi tak imbang. Karenanya, yang bisa dilakukan adalah dengan membagi-bagi ruangan seefektif mungkin.
“Masker kadang-kadang lupa. Tapi diusahakan tidak sering-sering berdekatan,” ujarnya.