Cilacap, Gatra.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah kewalahan saat melakukan tanggap darurat bencana alam berupa banjir dan longsor yang terjadi secara kolosal di wilayah pesisir selatan Jawa Tengah ini.
Sejak dilaporkan pada Selasa (17/11), hingga Jumat ini, tercatat ada 46 desa di 15 kecamatan yang terdampak banjir. Adapun longsor terjadi di 14 desa di tiga kecamatan. Total jumlah pengungsi mencapai 1.463 keluarga yang terdiri dari 4.275 jiwa.
“Bencana secara bersamaan. Istilahnya ‘dibregna’ berbarengan. Bayangkan, yang banjir 14 kecamatan,” kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy, Jumat (20/11).
Dia mencontohkan, dalam evakuasi warga terdampak banjir, BPBD harus mengerahkan perahu ke lebih dari 10 kecamatan. Sementara, perahu yang siaga di masing-masing Unit Pelaksana Teknis (UPT), tiga buah ditambah dengan perahu dari BPBD Cilacap.
Meski sudah ada perahu-perahu bantuan dari berbagai instansi dan organisasi kemanusiaan, jumlah perahu untuk evakuasi itu masih kurang. Sebab, lokasi banjir sangat luas, mulai dari Cilacap timur hingga barat, yang berjarak kisaran 90 kilometer.
“Timur baru saja selesai. Barat banjir, bersamaan. Di Majenang juga ada lagi banjir, yang juga harus dievakuasi,” ucapnya.
Komara juga mengungkapkan, BPBD juga sempat kesuitan menyediakan makanan untuk para pengungsi pada hari pertama dan kedua bencana. Pasalnya, BPBD masih harus mendata jumlah pengungsi dan lokasi pengungsian yang terus bertambah seturut meningkatnya tinggi genangan.
“Alhamdulillah kalau sekarang sudah tercover. Kami bekerja sama dengan Bagana, MDMC, serta organisasi dan komunitas lain untuk mendirikan dapur umum. Sekarang beres,” ujarnya.
Komara mengklaim, secara bertahap para pengungsi mulai kembali ke rumah pada hari keempat banjir Cilacap, terutama di wilayah Cilacap timur. Adapun di Cilacap barat, ribuan warga masih mengungsi, mulai dari Kecamatan Bantarsari, Gandrungmangu, Sidareja hingga Kecamatan Kedungreja.