Palembang, Gatra.com - Musim hujan tahun ini dibarengi munculnya La Nina, dianggap menjadi ancaman aktivitas pertanian di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), karena curah hujan lebih tinggi dari biasanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel, Antoni Alam mengatakan, saat musim itu wilayah pertanian di Bumi Sriwijaya harus waspada. Pasalnya, perubahan cuaca terjadi saat memasuki musim tanam utama.
“Apalagi lahan pertanian rawa lebak, itu akan terdampak (terendam banjir) akibatnya tingginya curah hujan di Sumsel akibat La Nina,” ujar dia di Palembang, Kamis (19/11).
Menurut dia, jika kondisi itu terjadi di lokasi pertanian, selain terendam banjir juga akan berdampak serangan hama keong pada tanaman petani. “Ya, kondisi tersebut bisa mengancam dengan adanya limpahan air mulai dari Oktober tahun ini (2020) hingga Maret 2021 mendatang,” kata dia.
Dia membeberkan terdapat dua kriteria curah hujan yang diprediksi mengguyur wilayah pertanian di Sumsel. Mulai dari rendah - menengah dengan tingkat kecurahan 0 sampai 150 mm dan kriteria tinggi dengan tingkat kecurahan 150 sampai 300 mm.
“Nah, kriteria tinggi itu harus diwaspadai. Sebab, potensinya menimbulkan banjir dan longsor yang akan mengganggu lahan pertanian,” ungkap dia.
Pihaknya pun mewaspadai curah hujan tinggi di wilayah daratan tinggi yang ada di Sumsel, mulai dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, dan Kabupaten Muaraenim.
Karena itu, pihaknya turut mengupayakan antisipasi terjadinya bencana alam tersebut. Salah satunya dengan menyiapkan brigade pengendalian dampak fenomena iklim.
Ia juga menambahkan, petugas pun nantinya bakal menyiapkan pompanisasi di berbagai titik rawan. Selain itu, pihaknya telah meminta BPTPH untuk memantau hama penyakit di wilayah pertanian.
“Kalau saat musim hujan muncul biasanya itu hama keong dan binatang lainnya,” tutup dia.
Rio Adi Pratama