
Temanggung, Gatra.com - Kota Parakan yang saat ini merupakan kota kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Namun sebenarnya kedudukannya banyak menyimpan sejarah mulai era Mataram Kuno, era perjuangan kemerdekaan hingga saat ini sebagai episentrum pertemuan jalur ekonomi tiga wilayah besar di Jawa Tengah.
Bupati Muhammad Al Khadziq mengatakan, dalam rangka HUT Kabupaten Temangung ke-186 maka akan digelar seminar nasional "Parakan Kota Pusaka". Seminar secara virtual ini akan membedah kembali posisi Parakan yang pada masa lalu memiliki peranan besar dalam panggung politik dan kenegaraan di masa Mataram Kuno hingga saat ini.
"Fakta membuktikan bahwa Parakan ini sebagai titik lintas peradaban antara tiga daerah atau tiga kawasan penting di Jawa Tengah, yakni Karesidenan Pekalongan, Karesidenan Banyumas, dan kawasan Karesidenan Kedu. Titik temu ketiga daerah penting itu adalah di Parakan. Karena titik temua ketiga kawasan penting itu di Parakan maka akan kita gali," katanya Selasa (17/11).
Untuk narasumber pada seminar yang akan digelar pada Rabu 18 November 2020 ini adalah Sutrisno Murtiyoso (Ketua Lembaga Sejarah Arsitektur Indonesia) yang juga dosen Universitas Tarumanegara Jakarta. Lalu Musadad (peneliti sejarah arkeologi pra kolonial) yang juga dosen Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Kemudian narasumber lain ada mantan Bupati Temanggung Hasyim Afandi.
Penobatan Parakan sebagai salah satu Kota Pusaka di Indonesia dilakukan pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum RI lewat Piagam Komitmen Penataan Pelestarian Kota Pusaka tahun 2015. Kala itu Parakan masuk dalam 17 kota/kabupaten di Indonesia yang menyandang gelar Kota Pusaka bersanding dengan Yogyakarta, Denpasar, Palembang, Semarang, Bogor dan lain sebagainya.
Keberadaan situs-situs bersejarah menjadi latar belakang ditetapkannya Parakan sebagai Kota Pusaka. Di era Mataram Kuno wilayah ini menempati posisi istimewa dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Wanua Tengah. Dari prasasti inilah diketahui nama-nama raja Mataram Kuno, dari Raja Sanjaya, Pikatan, sampai Balitung.
Sebelum Kabupaten Temanggung lahir, dulu wilayah di sini bernama Kabupaten Menoreh, yang ibu kota kabupatennya berpusat di Parakan sekarang. Namun seiring dengan terjadinya suksesi perang Jawa atau Perang Diponegoro melawan Belanda pada 1825-1830 ikut mempengaruhi lahirnya Kabupaten Temanggung saat ini. Pertempuran pasukan Diponegoro yang berhasil meluluh lantakkan pasukan musuh membuat Parakan dinilai sudah ternoda, sehingga Bupati Ario Djojonegoro memindahkan ibu kotanya sejauh 12 kilometer yang sekarang diberi nama Temanggung.
Pada masa perang kemerdekaan, dari Parakan muncul Kiai Subchi yang memperkenalkan senjata bambu runcing yang menjadi legenda bagi perjuangan bersenjata di Indonesia. Dari segi bangunan sampai saat ini banyak bangunan berarstike kuno seperti bekas stasiun kereta api, klenteng Hok Tek Tong, komplek pecinan, Kantor Kawedanan, Omah Candi Gotong Royong tempat tinggal Lau Djing Tie tokoh dari Tiongkok yang membawa kungfu ke nusantara.
"Dari seminar ini akan diungkap bagaimana peranan Kota Parakan dalam sejarah pergerakan perjuangan kemerdekaan, lalu peranannya sebagai episentrum kemajuan peradaban di Jawa Tengah, khususnya di bagian tengah. Hasil dari kita menggali fakta-fakta sejarah ini nanti untuk kita ajarkan, kita sampaikan kepada generasi penerus Kabupaten Temanggung. Supaya bisa meneladani hal-hal baik, nilai-nilai kesejarahaan kita," katanya.