Jakarta, Gatra.com - Mantan Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam bependapat bahwa keberhasilan Cina menangani Covid-19 dan dampak ekonomi akibat pandemi ini memunculkan anggapan atau kesan bahwa sistem otoriter nyata bisa menangani krisis ini secara lebih baik daripada negara-negara demokratis.
"Secara teknis, saat ini angka kasus baru Covid-19 di Cina, serta tingkat kematiannya, memang sangat rendah," kata Dipo dalam webbinar bertajuk "Nasib Demokrasi di Masa Pandemi" pada Selasa (17/11).
Persoalannya, lanjut Dipo, adalah siapa yang bisa menjamin jika angka-angka itu mewakili data yang valid? Para pengamat di Barat umumnya bersikap skeptis terhadap semua klaim Cina terkait penanganan pandemi ini. Dasar mereka cukup jelas bahwa di negara seperti Cina, pengendalian kebenaran biasanya dianggap lebih penting daripada pengendalian virus.
"Di sisi lain, kita harus melihat fakta keberhasilan Cina itu dari sudut pandang yang lebih kritis bahwa dunia sebenarnya bisa menangani pandemi ini dengan cara yang lebih baik jika kasus pertamanya tak muncul di Cina, tapi di negara yang lebih terbuka dan demokratis," katanya.
Kegagalan negara lain untuk bersikap lebih responsif terhadap Covid-19 tersebut, lanjut Dipo, salah satunya berawal karena sikap tertutup dan tidak transparannya Cina atas kasus awal virus corona jenis baru, SARS CoV-2.
Dipo menyampaikan, secara teoritis, sistem demokrasi mestinya bisa lebih baik dalam mengatasi pandemi ini. Sebab, dalam sistem demokrasi ada pengawasan, kritik, dan pemilihan umum yang bisa memaksa para pejabat pemerintah untuk lebih bertanggung jawab.
"Sebuah pemerintahan demokratis bisa dipaksa oleh rakyatnya untuk memenuhi kepentingan publik, publik bisa berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Hal semacam ini tidak bisa kita dapati di dalam sistem pemerintahan nondemokratis," ujarnya.
Senada dengan Dipo, intelektual NU, Ulil Abhsor Abdalla, mengatakan, sebagian pejabat Indonesia juga berpandangan bahwa model ekonomi Cina lebih tepat bagi negeri ini. "Seolah-olah model ekonomi politik Cina lebih baik," ujarnya.
Model ekonomi dan politik Cina ini, lanjut Ulil, nampaknya menarik beberapa kalangan di Indonesia, khususnya dalam menangani pandemi Covid-19 dan berbagai dampaknya dibanding negara-negara yang menerapkan demokrasi seperti Perancis, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat (AS). "Mereka gagal menangani pandemi. Ini menjadikan demokrasi hilang daya tariknya."