Bandung, Gatra.com - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis survei elektabilitas 3 calon di Pilkada Bandung 2020. Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA, pasangan nomor urut 3 Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan meraih elektabilitas paling tinggi yakni sebesar 45,9%.
Pasangan yang diusung PKB, Nasdem, Demokrat dan PKS serta didukung sejumlah partai non parlemen itu mengungguli dua paslon lainnya yakni pasangan Kurnia Agustina-Usman Sayogi (28,9%) dan Yena Iskandar-Atep (13,4%).
Survei LSI Denny JA ini dilakukan pada 2-6 November 2020 dengan menggunakan metode multistage random sampling dan wawancara tatap muka dengan margin of error' 4,8%. Jumlah responden yang disurvei sebanyak 440 orang di 31 kecamatan di Kabupaten Bandung.
Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah mengatakan potensi kemenangan pasangan DS-Sahrul yang memiliki tagline Bedas itu terpotret dari beberapa variabel penting dalam survei.
Misalnya, dukungan unggul yang relatif merata di hampir semua segmen demografis seperti gender, usia, suku, agama, ormas, tingkat pendidikan, penghasilan, profesi, bahkan pemilih parpol.
"Keunggulan pasangan Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan ini juga terpotret merata di hampir seluruh daerah pemilihan (dapil). Kecuali di dapil 5 seperti Majalaya, Paseh, Ibun dan Solokanjeruk yang cukup kompetitif dukungan untuk Paslon Kurnia-Usman," kata Toto saat dihubungi, Selasa (17/11/2020).
Dari segi gender, pasangan Dadang-Sahrul juga memperoleh dukungan cukup besar dari kaum perempuan, yakni 50,9 persen. Sementara, kaum pria yang memilih keduanya berada di angka 40,9 persen. Sedangkan, Nia-Usman dipilih oleh 28,6 persen perempuan dan 29,1 persen pria. Lalu, Yena-Atep mendapat dukungan 10,0 persen kaum hawa, dan 16,8 persen pria.
Selain itu, kata dia, faktor lain yang bisa mengantar pasangan Dadang-Sahrul terpilih menjadi bupati dan wakil bupati Kabupaten Bandung ini karena secara personal, Dadang sudah mengantongi pemilih yang berkategori strong supporter atau pemilih militan yang tak akan berubah sampai hari H pemilihan, yaitu sekitar 24,5%. Disusul Kurnia Agustina 18,0% dan Yena Iskandar Masoem 5,0%.
Tingkat keterkenalan (popularitas) Dadang Supriatna (Kang DS) di masyarakat berada pada angka 68,2 persen bersaing dengan Nia yang persentasenya 67,0 persen. Sementara, Sahrul mendominasi tingkat popularitas diantara wakil bupati lain, yaitu 91,6 persen.
"Untuk tingkat kesukaan, Dadang Supriatna masih yang tertinggi dengan 79,0 persen, disusul Nia dengan 75,6 persen. Sedangkan Sahrul memiliki tingkat kesukaan paling tinggi di angka 87,6 persen, disusul Atep (79,6 persen), dan Usman (78,7 persen)," ungkapnya.
Meski demikian, peluang menang buat Paslon lain, khususnya Kurnia-Usman tetap terbuka mengingat masih ada pemilih soft supporter yang cukup besar, yaitu 52,2%. Pemilih yang seperti itu, kata Toto, biasa disebut dengan lahan tak bertuan yaitu pemilih yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja.
"Tapi dari pengalaman LSI melakukan survei selama ini, tidak mudah buat setiap pasangan bisa memperoleh dukungan suara dalam waktu yang kurang dari satu bulan ini. Apalagi untuk bisa merebut separuh dari 52,2% itu. Hanya tsunami politik dan money politics yang bisa mengubah peta dukungan secara drastis. Bahkan, bisa membuat hasil survei meleset jauh," beber Toto.
Menurutnya, jika setiap pasangan mau bekerja keras, sebenarnya masih ada peluang untuk merebut soft supporter atau pemilih mengambang (swing voter) yang masih tinggi itu, yakni dengan cara mendongkrak tingkat pengenalan masing-masing kandidat yang masih belum tembus 70%.
Padahal, dari pengalaman selama ini, salah satu hukum besi untuk menang itu harus dikenal dengan minimal 70%. Idealnya, pada H-1 bulan itu, setiap kandidat harus mengantongi tingkat pengenalan di 80% ke atas.
"Memang peluang menang lebih terbuka pada pasangan DS-Sahrul, karena baik calon bupati maupun wakilnya sudah memiliki, bukan saja tingkat kesukaan yang tinggi, juga elektabilitas yang tinggi juga. Misalnya, pada elektabilitas personal DS yang 40,0%, tapi begitu dipasangkan dengan Sahrul melesat ke 45,9%. Ada sumbangan cukup besar dari Sahrul," ungkapnya.
Sebaliknya dengan Kurnia Agustina yang secara personal memiliki elektabilitas 27,5 persen, tapi begitu dipasangkan dengan Usman Sayogi, hanya naik 1% saja, yaitu 28,9%.
Sementara, pasangan Yena-Atep, pengenalannya tak berbanding lurus dengan kesukaan. Misalnya, Atep cukup populer dengan 73%. Namun sebagai wakil tak banyak menyumbang elektabilitas saat dipasangkan dengan Yena yang tingkat pengenalannya baru 49%.
Mengenai peran partai dalam menyumbang elektabilitas pasangan, temuan survei mengungkapkan, tak berbanding lurus juga antara dukungan partai dengan kemenangan. Ini juga yang terjadi dengan pasangan Kurnia-Usman yang diusung Partai Golkar sebagai pemenang Pileg 2019 lalu.
"Dalam kontek perilaku pemilih di kabupaten Bandung, mayoritas yakni sebanyak 80,0 persen masyarakat memilih lebih karena pertimbangkan personal atau sosok calonnya. Hanya 16 persen saja yang memilih karena pertimbangan partai pengusung," tambah Toto.
Begitu juga terjadi pada peran bupati incumbent yang istrinya maju sebagai bupati. Dadang Naser yang memiliki tingkat kepuasan terhadap kinerjanya yang cukup tinggi, sekitar 70%, ternyata tak mampu dikonversi dalam bentuk suara dukungan publik kepada istrinya, Kurnia Agustina.