Yogyakarta, Gatra.com - Suara gemuruh sering terdengar dari Gunung Merapi seiring peningkatan aktivitas vulkaniknya. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyebut sumber suara itu adalah guguran material di puncak.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan guguran-guguran material itu terjadi karena ada tekanan magma dari dalam menuju permukaan. "Jadi karena magma menuju permukaan sehingga material di puncak yang tidak stabil jatuh," kata Hanik saat dihubungi, Senin (16/11).
BPPTKG menyatakan suara gemuruh terdengar tiga kali di pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Babadan, Magelang, pada Senin (16/11) sampai pukul 12.00 WIB. Selama periode itu, terjadi 46 kali guguran material.
Pada Minggu (15/11), sebelas kali gemuruh terdengar di pos PGA Babadan. Dalam sehari itu tercatat terjadi 91 kali guguran.
Hanik berkata masyarakat sudah mengerti apa yang harus dilakukan dalam menghadapi aktivitas Gunung Merapi ini. Menurutnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat pun telah bergerak.
"Saya kira masyarakat sudah mengerti bagaimana menyikapinya. Kami sudah sosialisasikan. BPBD juga sudah bergerak. Jadi saya kira semuanya saat ini sudah on the track," katanya.
Hanik mengimbau masyarakat untuk mencari informasi soal aktivitas Merapi di BPPTKG. "Terus ikuti informasi dari BPPTKG. Kalau ragu, bisa menghubungi kami," ucapnya.
Menurut Hanik, gempa vulkanik dalam terakhir terjadi pada 25 September lalu. Hal ini menunjukkan tak ada suplai magma baru dari dalam. "Ini juga menjadi salah satu indikator kemungkinan erupsi tidak seperti 2010," katanya.
Hanik menyebut terdapat dua kantong magma di Merapi dari posisi hiposenter gempa vulkanik. Pertama, kantong magma dangkal sedalam 1,5 - 2 kilometer. "Dan kantong magma dalam yang berada sekitar lima kilometer dari puncak," ucapnya.