Sleman, Gatra.com - Barak Balai Kelurahan Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, akhirnya dilengkapi ruang isolasi. Ruang ini akan dipakai untuk karantina pengungsi jika positif Covid-19.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Supriyanto mengatakan ruang isolasi tersebut memanfaatkan satu kelas di SD Muhammadiyah, Cepit, Glagaharjo. Lokasi SD ini tak jauh dari kantor Kelurahan Glagaharjo.
"Sebelah selatan barak kan ada SD. Nah, ada banyak ruangan yang kosong. Satu ruang kelas dipakai untuk tempat isolasi (penderita) Covid-19," katanya saat dihubungi melalui telepon, Jumat (12/11).
Joko mengatakan ruang kelas itu akan disekat menjadi empat bilik. Untuk itu, saat muncul kasus positif Covid-19, penderita tak perlu dibawa ke Asrama Haji di Ring Road Utara Sleman. "Nanti memakai ruangan di kelas itu," ucapnya.
Menurut Joko, ruang isolasi ini dibuat setelah diminta oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat berkunjung ke barak. Ruang isolasi di barak akan memudahkan pemantauan dan perawatan penderita Covid-19 . "Total jumlah pengungsi masih sama, ada 203 orang. Mayoritas dari kelompok rentan," kata dia.
Camat Cangkringan Suparmono mengatakan para pengungsi dalam keadaan sehat. Petugas puskesmas memeriksa kesehatan pengungsi secara rutin. "Jadi kalau ada yang sakit bisa cepat ditangani," ucapnya.
Sementara itu, Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) terus berkoordinasi dengan BPBD Sleman seiring peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Sejak status Merapi menjadi Siaga, sejumlah pencari rumput masih ditemukan beraktivitas lima kilometer dari puncak.
Kepala Balai TNGM Pujiati mnyebut pencari rumput di kawasan potensi terdampak bencana Merapi itu berjalan kaki dan menaiki sepeda motor. Mereka berasal dari Glagaharjo dan Turgo di Sleman. "Jadi kalau ada yang naik mencari rumput, kami laporkan ke BPBD supaya ada pelatihan mitigasi," ucapnya.