Gatrareview.com- BPPT bersama TFRIC-19 mengembangkan beragam produk inovasi untuk penanganan pandemi Covid-19. Sebagian sudah diproduksi. Kandungan lokalnya sudah di atas 70%.
Namanya keren: Mobile Laboratorium Bio Safety Level 2 alias BSL-2. Laboratorium bergerak ini berfungsi sebagai lab uji swab berbasis PCR (polymerase chain reaction) untuk mengetahui sebuah spesimen terdiagnosis positif Covid-19 atau tidak. Berbagai teknologi canggih disematkan pada BSL-2 ini, antara lain aplikasi Pantau Covid-19 (PC-19) yang akan memudahkan masyarakat registrasi online dan mendapatkan jadwal waktu untuk uji swab. Dengan adanya fasilitas ini, sampel Covid-19 dapat langsung dianalisis di BSL-2, tanpa perlu lagi mengirimkan sampel ke lab PCR permanen yang jumlahnya masih terbatas di Indonesia.
Yang mengagumkan, BSL-2 ini merupakan hasil inovasi teknologi anak bangsa yang digarap Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Penanganan Pandemi Covid-19 (TFRIC-19).
Produk perdana BSL-2 sudah diluncurkan, yakni satu unit di RS Ridwan Meuraksa, Jakarta, pertengahan Juni lalu. Sejumlah instansi menyatakan minatnya membeli laboratorium portabel Covid-19 ini. Ada Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN), LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), dan Bank BNI. "Juga akan ada sepuluh dari Kemenkes (Kementerian Kesehatan) yang bisa disebar ke sejumlah provinsi," kata Kepala BPPT, Hammam Riza, kepada GATRA Review melalui webinar, Selasa 28 Juli lalu di Jakarta.
Menjalankan Misi Khusus
BPPT diberi mandat oleh Kemenristek/BRIN sebagai koordinator TFRIC-19. Tim task force ini beranggotakan para peneliti dari BPPT, sejumlah lembaga riset milik pemerintah, BUMN, perguruan tinggi, perusahaan farmasi, komunitas, hingga perusahaan rintisan di bidang kesehatan. Misi khususnya, yaitu mengembangkan produk inovasi teknologi, terutama alat kesehatan untuk penanganan pandemi Covid-19.
Meski baru dibentuk Maret lalu, TFRIC-19 sudah mampu menghasilkan 50-an lebih produk inovasi, bahkan sebagian sudah diproduksi massal. Selain laboratorium bergerak Covid-19, hasil inovasi yang sudah diproduksi di antaranya rapid diagnostic test atau rapid test kit, PCR test kit, pendeteksi COVID-19 berbasis artificial intelligence (AI), dan ventilator darurat.
Peluncurannya dilakukan Presiden Joko Widodo secara virtual pada 20 Mei lalu di Istana Presiden, Jakarta. "Kita mampu hasilkan karya-karya yang sangat dibutuhkan. Saya lihat sendiri, ada rapid test yang waktu saya tanya produksi berapa, sudah kira-kira 100.000 unit. PCR test kit sama, apakah sudah produksi, sudah. Apakah sudah uji, sudah 100.000 unit. Kemudian ada emergency ventilator," ujar Jokowi pada sambutannya yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Membangun Ekosistem Inovasi
Hammam menjelaskan, BPPT bersama TFRIC-19 sedang membangun ekosistem inovasi teknologi dalam rangka melaksanakan proses testing, tracing, detecting, isolating, hingga treatment penanganan Covid-19. Oleh karena itu, produk-produk inovasi yang dihasilkan berupa alat kesehatan, mulai dari RDT kit, PCR test kit, fasilitas laboratorium penguji, sistem pencitraan medis berbasis AI, hingga ventilator darurat. "Ini adalah cara kita untuk menangani, memutus rantai penyebaran Covid-19, atau sering kita dengar dengan istilah flattening the curve (meratakan kurva pandemi Covid-19)," katanya.
Contohnya, rapid test dengan nama RI-GHA, merupakan hasil kerja sama BPPT, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), dan PT Hepatica Mataram yang akan memproduksi produk ini secara massal. "Kita telah memproduksi 10.000 prototipe yang diuji validasi di berbagai tempat. Kemudian, sekarang ini dalam tahapan produksi. Kami harapkan sudah bisa mencapai 500.000 dari beberapa industri yang memproduksi rapid tes ini," ujar Hammam.
Ada juga inovasi aplikasi berbasis AI. Di sini BPPT bekerja sama dengan para peneliti di TFRIC-19, antara lain ITB (Institut Teknologi Bandung), Indonesia AI Society, dan ahli AI dari TNI Angkatan Udara. Kerja sama ini menghasilkan knowledge growing system sebagai platform untuk menampilkan peta sebaran epidemiologi terhadap pandemi Covid-19 di Indonesia. "Bisa dilihat, itu merupakan bagian daripada detection system melalui citra medis, yaitu CT scan dan X-ray," ucap Hammam.
Produk Merah Putih
Produk-produk inovasi ini, Hammam mengungkapkan, diupayakan sebisa mungkin menggunakan komponen lokal atau tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tinggi. Misalnya untuk ventilator, komponennya sebagian besar berasal dari dalam negeri, tidak lagi diimpor. Adapun beberapa produk yang sebagian besar bahan bakunya masih diimpor, akan dikurangi komponen impornya. Namun jika detail engineering design atau pun purwarupa hasil inovasi ini dianggap setara dengan 50% TKDN, maka seluruh produk inovasi BPPT dan TFRIC-19 telah memenuhi TKDN di atas 70%. "Boleh, dong, kita namakan produk-produk kita ini produk Merah Putih," ujarnya.