Sragen, Gatra.com - Relawan gerakan coblos kotak kosong (KoKo) di Kabupaten Sragen menyasar kaum marginal dalam edukasinya di Pasar Bunder, Sragen, Jawa Tengah, Jumat (13/11). Sambil menyampaikan hak konstitusi dalam Pilkada itu, mereka membagikan nasi kotak dan atribut lainnya.

Relawan KoKo Sragen, Jamaludin Hidayat mengatakan para sukarelawan usai mendeklarasikan gerakannya, langsung terjun ke masyarakat. Mereka menyasar kaum marginal di pasar tradisional yang notabene kurang teredukasi dalam pilkada Sragen. Pada pemilu kali ini, hanya terdapat satu pasangan calon bupati wakil bupati yang diakui KPU. Yakni Kusdinar Untung Yuni Sokowati-Suroto. Nantinya, gambar wajah keduanya tercetak di surat suara kolom sisi kanan. Sedangkan kolom sisi kiri dikosongkan. 

"Jadilah pemilih cerdas. Memilih kolom kosong dibolehkan oleh UU dan konstitusi. Ini yang ingin kami sampaikan dalam edukasi ke masyarakat Sragen," katanya. 

Relawan KoKo juga mengkritisi demokrasi di Sragen yang dianggap mati. Sebab, proses pencalonan selain petahana seakan ditutup kesempatannya. Penting diketahui, Kusdinar Untung Yuni Sukowati merupakan bupati petahana dan putri dari mantan bupati sebelumnya. "Kami membentuk relawan KoKo atas matinya demokrasi di Sragen," katanya. 

Sasaran edukasi ke kalangan marginal di Pasar Bunder seperti ke pengayuh becak dan kuli angkut. Bukan tanpa alasan KoKo menyasar mereka dalam sosialisasi coblos kotak kosong. "Abang becak menandai tak berubahnya nasib mereka. Dari awal sampai akhir tetap jadi penarik becak. Enggak naik status jadi kurir Grab, meski kepala daerah berganti," katanya. 

Gerakannya ini bukan tanpa reaksi. Penolakan datang dari kubu yang kurang sepakat dengan efek gerakan KoKo. Lainnya justru penasaran dengan fenomena calon tunggal. "Masih banyak yang kurang paham. Kalau calon tunggal tahunya yang bakal menang pasti mbak Yuni (Kusdinar Untung Yuni Sukowati). Padahal pemilih boleh memilih kolom kosong," katanya.