Palembang, Gatra.com - Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), mengklaim kehilangan devisa senilai 10.280 juta dolar Amerika Sserikat (AS) atau sebesar Rp143.925.000.000, akibat banyaknya timbunan sabut kelapa yang dibuang atau dibakar.
Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Sumsel, Rudi Arpian mengatakan, hal itu terungkap usai pihaknya melakukan kunjungan kerja ke CV Agro Mandiri Internusa.
“Di sana kita melihat timbunan sabut kelapa yang terbuang. Nah, kita mencoba menghitung berapa nilai sabut yang terbuang itu,” ujar dia di Palembang, Kamis (12/11).
Dalam kunjungan itu, kata dia, CV Agro Mandiri Internusa dalam sepekan ekspor kelapa bulat sebanyak 100.000 butir. Sedangkan potensi sabutnya kalau diproses dapat menghasilkan cocofiber 12.500 kilogram (kg) dikali Rp 3.000 per kg dan 12.500 kg cocopeat dikali Rp 2.000/kg dengan nilai rupiahnya Rp 62,5 juta per pekan terbuang percuma.
“Jadi, dalam sebulan kehilangan pendapatan Rp 250 juta dari sabut kelapa yang dibakar atau dibuang,” kata dia.
Dia membeberkan, jika dihitung potensi Sumsel dengan luas areal 65.242 hektare dan produksi 57.570 ton kopra atau setara 230.280.000 butir per tahun, maka kerugian Sumsel akibat dari sabut kelapa yang dibuang atau dibakar senilai Rp 143.925.000.000 per tahun.
Menurutnya, untuk cara menghitungnya yakni produksi kelapa Sumsel, ada 230.280.000 butir per tahun dan sabut kelapanya kalau diolah dapat menghasilkan 28.785.000 cocofiber x Rp3.000 dan 28.785.000 cocopead x Rp2.000. Nilai sabut terbuang Rp143.925.000.000 per tahun, kalau ini diekspor kita kehilangan devisa 10.280 juta Dolar AS.
“Sungguh angka yang cukup besar untuk masyarakat Sumsel, khususnya petani kelapa yang mereka bakar selama ini,” tambah dia.
Karena itu, lanjut dia, Disbun provinsi setempat melakukan peningkatan akses pasar serta pengembangan produk utama dan produk samping kelapa berbasis Kelompok Tani (Poktan).
Selain itu, pihaknya melakukan penandatanganan nota kesepakatan atau Memprandum of Understanding (MOU) antara PT Mahligai Indococo Fiber, CV Amran Sulaiman, dan CV Agro Mandiri Internusa.
“Kami harap dengan MOU ini, Sumsel tahun depan (2021) sudah dapat memanfaatkan sabut kelapa dan memproduksi cocofeber dan cocopeat 50 persen saja dari total potensi sabut kelapa. Itu akan ada nilai devisa sebesar 5.140 juta dolar AS atau setara Rp71.962.500.000,” tutup dia.
Reporter: Rio Adi Pratama