Yogyakarta, Gatra.com - Teknologi energi baru terbarukan (EBT) terus berkembang, terutama dalam mengoptimalkan keunggulannya yang ramah lingkungan. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati di Jepara, Jawa Tengah, menggunakan limbahnya sebagai bahan konstruksi, bahkan dinilai mampu menghemat dana pembangunan APBN sampai 30 persen.
Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menjelaskan PLTU kelolaan PLN (Persero) yang mampu menghasilkan listrik 4x660 MW ini menerapkan teknologi Flue Gas Desulfurization (FGD).
“FGD digunakan untuk menghilangkan sulfur dioksida (SO2) dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar fosil batubara,” ujar Fahmy lewat pernyataan tertulis, Rabu (11/11).
Ia menjelaskan, FGD merupakan proses pencampuran emisi gas hasil pembakaran batu bara dengan batu kapur basah agar kandungan SO2 yang dilepaskan ke atmosfer tidak mencemari udara.
Efektivitasnya mencapai 95%, sehingga SO2 yang dibuang melalui cerobong PLTU Tanjung Jati B hanya di kisaran 300 mg/Nm3 dari baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 550 mg/ Nm3
“Dengan penerapan teknologi FGD di PLTU Tanjung Jati B, PLN mampu memanfaatkan keunggulan keekonomian konversi energi fosil batubara sebagai penghasil energi listrik yang murah, namun tetap ramah bagi lingkungan,” tutur pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini.
Dalam menangani limbah pembakaran batubara, PLTU Tanjung Jati B mengembangkan inovasi dalam memanfaatkan fly ash dan bottom ash (FABA). Selain sebagai bahan baku industri oleh produsen semen, FABA juga telah diolah menjadi batako, paving, dan beton pracetak.
Menurutnya, produk-produk tersebut telah digunakan untuk kegiatan bedah rumah tidak layak huni dalam program corporate social responsibility (CSR) PLN di Jepara. Dengan memanfaatkan FABA, PLN berharap FABA dapat menggantikan pasir dalam komposisi pembuatan beton dan mengurangi penambangan pasir yang merusak alam.
“Dari segi ekonomi, FABA juga dapat menekan biaya pembuatan beton hingga 30%. Dari efisiensi tersebut, pemanfaatan FABA diharapkan akan meningkatkan laju pembangunan infrastruktur nasional,” kata dia.
Di tengah pengembangan pembangkit EBT, Fahmy menyatakan PLN masih mempertahankan PLTU dengan teknologi terbaru. “Tentunya selain memiliki keunggulan keekonomian untuk menjaga tarif listrik yang terjangkau bagi masyarakat dan berdaya saing bagi investor, juga tetap ramah lingkungan,” kata mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas ini.
Di sisi lain, dari inovasi pemanfaatan FABA, PLTU Tanjung Jati B telah membuka wacana baru bagi pemangku kepentingan industri konstruksi dalam pembuatan produk beton. “Sehingga pemerintah dapat berhemat APBN hingga 30% dari pembangunan jalan tol, bendungan, dan pelabuhan,” kata Fahmy.