Home Internasional Biden Ingatkan Pemimpin Dunia 'Amerika Kembali'

Biden Ingatkan Pemimpin Dunia 'Amerika Kembali'

Washington, D.C, Gatra.com - Para pemimpin sekutu dekat AS pada Selasa (10/11) satu persatu menelepon Presiden terpilih Joe Biden dan berjanji untuk bekerja sama meski dalam jeda yang luar biasa, dan diplomat top Amerika, Mike Pompeo bersikeras menyebut bahwa Donald Trump akan tetap berkuasa.

Dikutip AFP, Rabu (11/11) Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel, semuanya telah memberikan ucapan selamat melalui telepon kepada Biden, yang seminggu sebelumnya mengalahkan Trump dalam pemilihan presiden.

"Saya memberi tahu mereka bahwa Amerika kembali. Kami akan kembali dalam permainan. Ini bukan Amerika sendiri," kata Biden kepada wartawan di negara bagian asalnya, Delaware.

Adapun tim transisi mengatakan bahwa Biden berencana untuk bekerja dengan orang Eropa guna memerangi pandemi COVID-19 serta perubahan iklim - salah satu dari banyak area di mana Trump sangat berbeda dengan sekutu.

Saat berbicara dengan Merkel, -yang dibenci oleh Trump atas penyambutannya terhadap para migran dan pengeluaran pertahanan Jerman, Biden dalam sebuah pernyataan memuji kepemimpinannya dan menyerukan untuk "menghidupkan kembali hubungan trans-Atlantik".

Johnson, yang memiliki hubungan hangat dengan Trump, berbicara selama 20 menit dengan Biden dan menulis di Twitter bahwa dia berharap dapat bekerja dengan Biden dalam "membangun kembali lebih baik dari pandemi," menggunakan slogan dari kampanye Demokrat.

Semua pemimpin negara demokrasi industri Kelompok Tujuh juga telah memberi selamat kepada Biden meski bersekutu terdekat dengan Trump, termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.

Outlet media AS menyimpulkan pada hari Sabtu bahwa Biden menikmati keunggulan yang tidak dapat disangkal di negara-negara bagian besar serta keunggulan dalam pemilihan umum nasional.

Namun Trump menolak untuk menyerah dan berjanji untuk menggugat, dengan mengatakan terjadi kecurangan besar-besaran dalam pemilu meski tanpa bukti.

Pompeo, Menteri Luar Negeri Trump, menjelaskan bahwa sikap Trump adalah kebijakan resmi pemerintah, ketika mengesampingkan pertanyaan apakah dia mau bekerja sama dengan tim transisi Biden.

"Akan ada transisi yang mulus ke pemerintahan Trump kedua," kata Pompeo dalam konferensi pers, yang sering sulit dilakukan.

Dia mengatakan bahwa dunia harus memiliki kepercayaan penuh pada fungsi pemerintah AS menjelang dan setelah pelantikan 20 Januari lalu.

Ditanya apakah Amerika Serikat masih dapat mengeluarkan pernyataan yang mendesak pemilihan bebas di seluruh dunia, Pompeo menyebut pertanyaan itu "konyol" dan mengatakan Amerika Serikat mengikuti prosedur standar.

Pejabat tinggi Demokrat di Senat, Chuck Schumer menyebut Pompeo tidak melihat kenyataan yang ada.

"Menteri Luar Negeri Pompeo, Joe Biden menang. Dia memenangkan pemilihan. Sekarang lanjutkan," kata Schumer kepada wartawan.

"Kami mengalami krisis COVID yang berkecamuk. Kami tidak punya waktu untuk permainan semacam ini," tambahnya.

Kegagalan Trump untuk menyerah tidak memiliki kekuatan hukum meski secara Administrasi Layanan Umum, badan yang biasanya mengelola birokrasi Washington, menolak untuk menandatangani tim transisi, dengan menahan pendanaan dan briefing keamanan.

Sebuah komisi AS yang menyelidiki serangan 11 September 2001 telah memperingatkan bahwa transisi kepresidenan menimbulkan risiko keamanan, setelah periode yang dipersingkat terhadap George W Bush untuk mempersiapkan diri menyusul sengketa pemilu, ketika itu.

Pompeo membuat komentar publik pertamanya tentang hasil pemilu. Sehari sebelumnya, Trump memecat Menteri Pertahanan Mark Esper yang sudah lama dianggapnya tidak cukup setia.

Sikap Pompeo akan diuji saat mengikuti tur tujuh negara sekutu yang telah memberi selamat kepada Biden.

Dia akan menuju Prancis pertama dan kemudian Turki diikuti oleh bekas republik Soviet Georgia. Dia kemudian akan menuju ke Israel dan tiga sekutu Teluk Arab - Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Qatar.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Selasa menjadi pemimpin terbaru yang memberi selamat kepada Biden, meskipun sebelumnya presiden terpilih bersumpah untuk meningkatkan tekanan pada Erdogan, yang dia gambarkan sebagai penguasa "otokrat".

Rusia, Cina, Meksiko, dan Brasil adalah negara besar yang belum memberi selamat kepada Biden.

Biden, seorang Irlandia-Amerika yang telah lama bicara tentang perdamaian di Irlandia Utara, juga berbicara pada Selasa dengan pemimpin Irlandia Micheal Martin dan sehari sebelumnya mengadakan pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, yang diharapkan menjadi sekutu dekat presiden yang akan datang.

119

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR