Home Milenial Nama SAD di Hutan Harapan Diawali dengan Muhammad

Nama SAD di Hutan Harapan Diawali dengan Muhammad

Sekayu, Gatra.com - Interaksi Suku Anak Dalam (SAD) yang semakin intens dengan penduduk lokal di Kapas Tengah, Desa Sako SUban, Kecamatan Batanghari Leko, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumsel, ini mempengaruhi dengan penamaan SAD terutama bagi laki-lakinya.

"Jadi, rata-rata para kepala keluarga SAD di sini, namanya diawali dengan Muhammad sehari-hari disebut Mat, yakni yaitu Mat Kecik, Mat Liar, Mat Muhammad, Mat Jon, Mat Suri, Mat

Atam, dan Mat Reman," kata Tokoh Masyarakat Rompok Tengah, Desa Sako Suban, M Zainuddin pada ramah tamah antara warga setempat dengan Wabup Muba, Beni Hernedi, Jumat (6/11).

Penyebutan nama Muhammad, jelas hal yang tidak biasa. Karena umumnya nama Muhammad adalah identik bagi kaum muslim. Sementara SAD sendiri menganut keyakinan yang diwarisi leluhurnya, ada yang menyebah kayu, sungai dan lainnya. Meski demikian, mereka (SAD) tidak mempersoalkan hal tersebut.

"Yang menjadi kendala kami di sini (Kapas Tengah), fasilitas musholah untuk kegiatan ibadah dan mengaji. Kami berharap agar pak Wabup berkenan untuk membangunkan kami mushalah," pintanya.

Mendengar pengungkapan dari tokoh masyarakat setempat tersebut, membuat Beni Hernedi terharu dan bertekad untuk mewujudkan permintaan mereka yakni dibangunkan mushalah sebagai sarana ibadah dan mengaji. Di tengah hutan hujan dengan jarak tempuh 8 jam dari Kota Sekayu, itu dalam tidak terdengar suara panggilan untuk shalat (adzan). Bagi kaum muslim, untuk mengetahui waktu shalat tiba hanya mengacu pada jam saja.

"Di sini ya memang seperti ini. Tidak ada jaringan telpon, infatsruktur jalan dengan medan yang sulit. Kawasan ini adalah zona lindung, yang harus tetap dijaga keasliannya," kata Wabup Muba, Beni Hernedi.

Kendati demikian, sebagai pejabat pemerintah dirinya tetap akan mencarikan jalan keluar agar warganya yang sejak lama bermukim di kawasan Hutan Harapan, tetap mendapat perhatian, dengan tidak berdampak besar pada kelestarian hutan hujan yang ini menjadi salah satu paru-paru dunia yang tersisah.

Di Kapas Tengah ini, jumlah penduduk kurang lebih ada 60 kepala keluarga (KK). Sebagian mereka sudah bermukim sejak tahun 60-an, di mana saat itu masih marak sekali perambahan hutan (Ilegal loging).

"Memang saat ini kami masih belum maksimal dalam memberikan pelayanan kepada mereka. Tapi ke depan, melalui anggaran dana desa, perlahan dibangunan fasilitas ibadah dan juga pendidikan bagi anak di sini," timpal Kepala Desa Sako Suban, Karnadi.

180