Yogyakarta, Gatra.com - Tenaga kesehatan amat layak disebut sebagai pahlawan di momen peringatan Hari Pahlawan, Selasa (10/11), di masa pandemi saat ini. Para nakes tetap bertugas, termasuk sebagian besar dari 425 karyawan kesehatan terpapar Covid-19 yang sembuh di DIY.
Ibarat melawan musuh, bambu yang dibawa sebagai senjata pun tidak runcing. Itulah ungkapan Siti Mulyani, 47 tahun, saat mengenang perjuangan dirinya sebagai tenaga kesehatan di masa awal pandemi. “Dengan senjata ala kadarnya, kami tetap semangat untuk berjuang,” kata dia kepada Gatra.com, Selasa (10/11).
Menurutnya, semangat dan keberanian ‘berjuang’ melawan Covid-19 dilandasi kekuatan dari Tuhan. Saat ‘alat tempur’ dari pemerintah berupa alat pelindung diri dan berbagai fasilitas pemeriksaan datang, para petugas pun makin gigih berjuang.
“Kami semakin tergugah agar kami menjadi pemenang, bukan sebagai pecundang,” ujar perawat di sebuah puskesmas di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam perang melawan Covid-19 ini, Siti salah satu dari sekitar 400 pekerja kesehatan di DIY yang terpapar. “Kami pun terkena tembakan, namun beruntung tembakan itu hanya serempetan yang melukai tubuh kami dengan tipis. Hal ini membangkitkan emosi kami untuk berani melawan,” ungkap Siti mengibaratkan.
Ia pun harus menjalani isolasi dan perawatan selama sepekan hingga dinyatakan negatif Covid-19 dan sembuh. Toh, sejak itu, ia kembali bertugas melayani pasien-pasien di puskesmas.
“Menjadi tenaga kesehatan itu tidak semua orang memiliki kesempatan dan mampu menjalani. Ini adalah suratan hidup dari Allah SWT yang tidak bisa kita hindari. Ada perintah untuk menolong orang yang lemah secara fisik, spiritual, sosial, dan psikologis,” ujar Siti soal motivasinya kembali bertugas.
Menurut dia, profesi sebagai nakes adalah tugas mulia, menjadi amalan dan catatan kebaikan karena menjalankan tugas mulia. “Di saat semua menghindar kami harus hadir dan melayani dengan sepenuh hati. Benar-benar berada bersama mereka yang menderita,” tutur ibu tiga anak ini.
Dengan kondisi ini, Siti berpesan masa pandemi ini merupakan cobaan bagi umat manusia untuk bersabar. “Saat ini kita semua dituntut untuk lebih dan lebih lagi bersabar, disiplin, peduli terhadap diri sendiri maupun orang lain,” kata dia.
Perawat puskesmas lainnya di Bantul, Sigit Purwanto, 43 tahun, juga merasa sudah menjadi kewajibannya untuk tetap melayani pasien kendati ia pernah dinyatakan positif Covid-19 pada medio Juli lalu dan sembuh dua pekan kemudian.
“Itu tanggung jawab yang harus dijalankan, walau masa pandemi kewajiban tersebut harus dijalankan sebaik-baiknya,” ujar Sigit.
Ia pun berpesan agar masyarakat tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan. “Dengan melaksanakan prokes di masa pandemi ini, Anda sudah menjadi pahlawan, karena sudah ikut berjuang menyelamatkan orang sekitar, masyarakat, bangsa, negara dari serangan Covid-19,” tuturnya.
Dalam catatan Gatra.com, sesuai data Pemda DIY, sejak kasus pertama Covid-19 di DIY pada 15 Maret hingga 20 September, Sesuai hitungan Gatra.com dari data Pemda DIY sejak awal pandemi hingga September lalu, ada 418 kasus Covid-19 pada karyawan kesehatan DIY.
Karyawan kesehatan itu meliputi tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat; pekerja di fasilitas kesehatan tapi bukan tenaga kesehatan, seperti staf administrasi dan sopir; serta pegawai Dinas Kesehatan.
Sepanjang Oktober, tercatat empat kasus dan November ini ada tiga kasus Covid-19 pada nakes. Salah satu kasus nakes itu termasuk dari tambahan 32 penderita baru pada Senin (9/11) kemarin.
Alhasil, selama pandemi, total 425 karyawan kesehatan DIY terpapar Covid-19. Mayoritas sudah sembuh kendati masih ada yang diisolasi sebagai kasus aktif. “Kami para nakes memang risikonya berlipat ganda karena kontak erat tanpa henti,” ujar Siti.
Dari jumlah itu, setidaknya empat pekerja kesehatan positif Covid-19 meninggal dunia. Antara lain, akademisi Universitas Gadjah Mada yang juga seorang dokter Iwan Dwiprahasto, meninggal, pada 24 Maret.
Pada 6 April 2020, staf pendaftaran Rumah Sakit Respira di Bantul, pria 53 tahun, wafat dalam status positif Covid-19. Ketiga, pada 24 Agustus, seorang dokter bedah asal Bantul yang positif Covid-19 juga berpulang. Pada 23 September, pegawai Dinas Kesehatan DIY, usia 50 tahun pun meninggal dunia.
Hingga kini, DIY mencatat total 4.269 kasus dengan 3.481 orang sembuh, 683 kasus aktif, dan 105 orang meninggal.
"Problem utama Covid-19 di mata masyarakat adalah masih ada yang menganggap itu omong kosong, berita bohong, dan bahkan konspirasi. Kematian nakes dan masyarakat dianggap itu memang kematian, bukan karena Covid-19," kata Siti.
Perjuangan melawan Covid-19 tak bisa dilakukan hanya oleh nakes. “Mari berjuang bersama di semua lini bahwa kehidupan normal saat ini adalah bermasker itu pinter, menjaga jarak itu bijak, dan selalu mencuci tangan anda itu beriman,” ujar dia.
Siti meminta protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, benar-benar diterapkan.
“Lupakan cipika-cipiki. 3M adalah suatu kenormalan dan hal umum yang harus kita jalani bersama. Tanpa 3M kita tidak akan pernah normal. Jadilah pahlawan untuk diri sendiri, anak cucu kita, saudara kita, dan sekitar kita. Tanpa 3M kita tidak akan pernah normal,” tuturnya.