Semarang, Gatra.com - Habib Luthfi bin Yahya menerima penganugerahan gelar akademis tertinggi Doktor Honoris Causa dari Universitas Negari Semarang (Unnes), Senin (9/11).
Rektor Unnes Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum menyatakan, penganugerahan gelar doktor kehormatan atau doktor honoris causa merupakan bagian dari cara perguruan tinggi mengapresiasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Masyarakat perguruan tinggi menyadari bahwa ilmu pengetahuan bukanlah monopoli masyarakat kampus. Di luar perguruan tinggi masih banyak sosok dan pribadi yang memiliki keilmuan dan kontribusi yang luar biasa. Keilmuan tersebut harus diapresiasi agar dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas, menjadi inspirasi bangsa dan umat manusia.
"Gelar kehormatan diberikan hanya kepada seseorang yang diakui memiliki jasa luar biasa, sangat berarti, atau sangat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi," katanya.
Dia menyatakan penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa kepada Habib Luthfi bin Yahya bukan tanpa alasan. Selama lebih dari satu semester Unnes telah melakukan kajian terhadap pemikiran, kiprah, karya, dan jasa-jasa Habin Luthfi dalam bidang dakwah, kebangsaan, dan pemberdayaan umat.
"Berdasarkan kajian tersebut, Habib Luthfi bin Yahya adalah sosok yang lebih dari layak untuk menerima gelar tersebut," tandasnya.
Sebagaimana diketahui, Habib Luthfi bin Yahya adalah sosok yang memiliki perhatian luar biasa dalam menjaga semangat kebangsaan, mengobarkan nasionalisme, mempromosikan Islam moderat, serta persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini diakui luas bukan hanya oleh bangsa Indonesia melainkan juga ulama-ulama lain di dunia.
Bahkan Presiden Joko Widodo mengakui kiprah Habib Luthfi sebagai ulama yang memiliki kontribusi besar dalam mempromosikan nilai-nilai keagamaan dalam bingkai keindonesiaan.
Tak hanya itu, Ketua Oranisasi Sufi Libya Sheikh Asy-Suhumi Al-Idrisi Al-Hasyimi mengapresiasi dakwah Habib Luthfi karena senantiasa menggunakan pendekatan cinta yang melampui batas bumi dan geografis karena mampu menjangkau langit.
"Bagi kami keluarga besar Universitas Negeri Semarang, Habib Luthfi adalah pendakwah, guru, ahli thariqoh, namun juga sekaligus seorang ilmuwan. Semangat keilmuan itu dapat kita telusuri dalam tiga hal. Pertama, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan kemauan untuk terus mempelajarinya. Kedua, kecakapan metodologis untuk menggali mengolah dan mensintesiskan pengetahuan-pengetahuan baru. Dan ketiga, strategi yang efektif dalam mempublikasikan pemikiran dalam bentuk bahasa dakwah yang otentik sehingga dapat diterima semua kalangan," tandasnya.
Sementara itu Habib Lutfi mengaku,sempat mempertanyakan pemberian gelar tertinggi tersebut apakah dirinya layak menerima.
"Gelar ini merupakan kehormatan bagi saya, karena dari awal saya bertanya kepada Bapak Rektor ketika bertemu dan menyampaikan bahwa UNNES akan memberi gelar pada saya berupa Doktor Honoris Causa, apakah saya pantas, jika pantas silahkan. Akan tetapi saya tidak tahu apa yang melatarbelakangi UNNES memandang saya pantas mendapatkan gelar kehormatan ini. Semoga apa yang dilakukan UNNES ini mendapat keberkahan dan ridlo dari Allah SWT," papar Habib Lutfi.
Dalam pidatonya Habib Lutfi menyampaikan perkembangan Islam di Nusantara dalam kontek sejarah, kebangsaan dan strategi komunikasi dakwah.
Habib Lutfi menyatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau, membentang dari Sabang sampai Merauke, banyak etnis, suku, agama dan budaya, bahkan kepercayaan. Negara yang sangat lengkap dengan perbedaan. Oleh karena itu, semboyan negara Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, berbeda-beda tapi satu yaitu NKRI.
Terbentuknya Negara Indonesia yang seperti ini, tentu tidak lepas dari peran para Ulama, Wali Songo, serta para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sejarah kebangsaan Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam di Nusantara. Dalam berdakwah, setiap dai, ustadz, ulama harus membawa pesan-pesan cinta tanah air, sebagai wujud syukur atas uanugerah berupa bangsa Indonesia. "Berdakwah kepada siapapun, baik dengan kalangan menengah keatas, petani, buruh, pedagang dan lain-lain," jelasnya.
Dalam kesempatan itu hadir pula Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Gubernur mengaku, menilai Habib Lutfi lebih dari seorang doktor. Oleh karena itu ia menilai penganugerahan gelar akademisi tertinggi itu dinilai sangat tepat. “Beliau mungkin bukan seperti doktor yang meneliti, seperti doktor yang menyiapkan. Tapi hampir seluruh perkataan perbuatan dan referensi-referensi yang diberikan kepada masyarakat sudah melebihi doktor sebenarnya,” ujar Ganjar.
Sosok Habib Luthfi, lanjut Ganjar, telah sesuai dengan anugrah yang diberikan yakni doktor kehormatan Ilmu Pendidikan Bahasa Bidang Komunikasi Dakwah dan Sejarah Kebangsaan.