Surabaya, Gatra.com - Universitas Airlangga (Unair) menandatangani kerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia. Kerja sama itu bagian dari pengembangan vaksin Merah Putih oleh Unair pada tahap 4.
Tahap 4 dari pengembangan vaksin tersebut adalah uji validasi dan pra klinis. Yakni, proses pengembangbiakkan virus, hingga mengujicobakan vaksin Covid-19 itu yang akan dilakukan di laboratorium milik PT Biotis Pharmaceutical Indonesia.
"Ada proses-proses yang memerlukan teknologi yang lebih maju lagi. Kaitannya, dengan pembiakkan virus dan lainnya. Sehingga diperlukan kerja sama dengan Biotis, juga akan dilakukan Animal trial dalam waktu beberapa bulan," kata Rektor Unair Muhamad Nasih kepada wartawan, Senin (9/11).
Nasih menuturkan, proses uji coba atau experimen tersebut akan dilakukan pada sejumlah hewan antara lain, tikus dan kera. Apabila hasil experimennya sesuai harapan, artinya menunjukkan gejala klinis pada dua hewan tersebut, maka uji coba akan dilakukan pada manusia.
Uji coba pada manusia tersebut juga akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena harus melalui tiga tahap. Hanya, Nasih tidak menjelaskan rinci bagaimana tahap uji coba vaksin tersebut pada manusia.
"Prosesnya memang agak panjang. Tapi nggak masalah. Yang penting kami akademisi Unair ikut kontribusi bagi negara. Soal apakah (vaksin) ini terpakai atau tidak, soal industrinya juga, kami serahkan sepenuhnya kepada pihak yang relevan," kata Nasih.
Koordinator Produk Riset Covid-19 Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengatakan, uji coba vaksin pada hewan tersebut rencananya akan dimulai Desember 2020. Hewan-hewan seperti tikus, terutama primata, mempunyai standar atau kemiripan genetis dengan manusia.
Prosesnya sendiri akan memakan waktu 1 tahun hingga memasuki masa produksi pada Desember 2021, yang lalu dilanjutkan fase uji klinis pada manusia yang rencananya akan dilakukan pada 2022 di RSU dr. Soetomo.
Nyoman menegaskan, fase uji klinis dengan memberikan vaksin kepada manusia juga akan memerlukan pantuan secara berkala.
"Secara periodik harus dipantau. Trial fase satu nanti jumlah (sukarelawan uji coba) pasti sedikit. Nanti ada fase dua dan tiga. (durasinya) Nggak bisa bulanan. Satu hingga tiga tahun. Jadi, sebenarnya pengembangan vaksin itu puluhan tahun, tapi karena teknologi canggih, setahun sudah bisa uji klinis," jelas Nyoman.
Nyoman memprediksi bahwa vaksin virus corona akan benar-benar aman, manjur dan dapat digunakan oleh semua orang membutuhkan waktu hingga lima tahun. Meski, lanjutnya, akan ada penelitian lain yang mungkin akan mampu menghasilkan vaksin yang aman, kurang dari lima tahun.
Direktur Utama PT Biotis Pharmaceutical Indonesia FX Sudirman menyatakan akan memulai eksperimen vaksin pada hewan akhir Desember tahun ini. Dalam uji coba tersebut, menggunakan vector vaccine yang menggunakan atau memanfaatkan hewan mamalia.
"Memang sangat awal. Karena kebutuhan vaksin sangat mendesak. Yang harusnya penilitian dilakukan beberapa bulan hinga tahunan, kami perpendek dalam waktu singkat," kata Sudirman.
Apabila hasilnya sesuai harapan, pihaknya siap memproduksi vaksin Merah Putih secara massal. Nilai investasinya, uji coba vaksin ini senilai ratusan juta dolar.