Jakarta, Gatra.com - Peneliti INDEF, Andry Satrio Nugroho, mengatakan, terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) berdampak terhadap ekonomi Indonesia. Beberapa kebijakan ekonomi yang akan diambil Biden diprediksikan memiliki dampak besar terhadap perdagangan internasional.

“Untuk arah kebijakan ekonomi Biden ke depan, tentu perjanjian perdagangan akan kembali berfokus pada kerja sama regional, artinya tidak terlalu banyak kerja sama yang bersifat bilateral,” katanya dalam acara diskusi virtual melalui aplikasi Zoom Meeting, Minggu (8/11).

Dampaknya, lanjut Andry, kerja sama bilateral antara Indonesia dan AS akan semakin ketat. Namun, peluang ekspor ke AS tetap ada lantaran nilai impor AS telah meningkat di era Trump yang bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor.

Selain itu, Foreign Direct Investment (FDI) AS juga akan meningkat, khususnya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Lantaran, Biden akan mengambil kebijakan penurunan minimum corporate tax bagi perusahaan-perusahaan AS di luar negeri.

“Ini yang perlu jadi perhatian. Kemudian juga investment diversion dari Cina, ini perlu digarisbawahi, karena kalau kita tidak bisa memanfaatkan investment diversion dari Cina ini, kita akan kalah,” tegasnya.

Selanjutnya, Andry juga memprediksikan tensi perang dagang antara AS-Cina malah akan meningkat di masa kepemimpinan Biden. Bahkan, menurutnya, Biden akan bekerja sama dengan sekutu AS untuk menerapkan perang dagang kepada Cina.

“Pada trade wars kita tidak mendapatkan apa-apa dari perpindahan investasi AS di Cina. Setelah pandemi Covid-19 ini, era supply chain yang kontributornya terbesar di Cina itu akan menurun, dan juga ketidakpastian trade wars yang diprediksi akan meningkat itu akan meningkatkan peluang keluarnya investasi dari Cina. Ini sebetulnya yang harus ditangkap oleh Indonesia,” ujarnya.