Sleman, Gatra.com - Warga lereng Gunung Merapi menyebut tempat pengungsian di Balai Kelurahan Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tak didukung sarana memadai untuk penerapan protokol kesehatan (prokes) Covid-19. Mereka kesulitan untuk tidur dan harus antre menggunakan air bersih.
Ngatmi, 45 tahun, warga Kalitengah Lor, Glagaharjo, mengatakan kondisi di barak pengungsian saat ini berbeda dengan tempat pengungsian kala erupsi Merapi 2010 silam. Saat bencana sepuluh tahun lalu, seluruh pengungsi tidur bersama di satu gedung.
"Dulu tidurnya bersama. Sekarang ini disekat-sekat. Lebih baik, tapi tidak nyaman. Panas sekali," katanya saat ditemui di Barak Balai Kelurahan Glagaharjo, Minggu (8/11).
Ngatmi tahu bahwa tujuan sekat-sekat tersebut demi protokol kesehatan. Namun ia berharap pemerintah menambah fasilitas lain supaya sirkulasi udara lancar. "Itu terkait sama (prokes) Covid-19 kan. Ya, harus dijalani. Tapi seharusnya dikasih kipas angin," katanya.
Ngatmi bersama anak dan cucunya mengungsi ke barak Kelurahan Glagaharjo pada Sabtu (7/11) sore. Mereka mengungsi setelah ada instruksi dari pemerintah daerah untuk segera meninggalkan tempat tinggalnya di Kalitengah Lor yang termasuk daerah potensi terdampak ketika terjadi erupsi Merapi.
Di pengungsian, Ngatmi beserta anak dan cucunya tinggal dalam satu sekat. Menurutnya, selain panas, ia juga mencium bau tak sedap karena tripleks penyekat dalam kondisi baru.
Pengungsi lain, Novita, 20 tahun, mengatakan, sekat-sekat itu membuatnya tak bisa tidur. "Sekarang masih pandemi, itu buat jaga jarak. Tapi membuat tak bisa tidur karena sirkulasi udaranya tidak lancar. Anak juga tidak bisa tidur," kata ibu yang memiliki anak usia di bawah tiga tahun ini.
Novita juga mengeluhkan kekurangan air. Menurutnya, untuk mandi, cuci, kakus saja kurang, apalagi untuk cuci tangan demi menjalankan protokol kesehatan. "Kamar mandinya cukup. Tapi airnya ada yang tidak lancar. Keluhannya air sama kipas angin," ucapnya.
Sebanyak 128 warga dari kelompok rentan di Kalitengah Lor, Glagaharjo, mengungsi di Barak Balai Kelurahan Glagaharjo pada Sabtu (7/11) sore.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Makwan, menyatakan barak disekat-sekat dengan tripleks supaya para pengungsi bisa tetap menjaga jarak. Setiap satu ruang diisi oleh satu keluarga.
Menurut Makwan, BPBD Sleman akan segera memenuhi kebutuhan para pengungsi tersebut, seperti kipas angin dan air bersih. "Betul untuk menjaga protokol kesehatan Covid-19. Untuk kipas angin saat ini sedang disiapkan," ucapnya.