Jakarta, Gatra.com- Pengalaman mengenyam pendidikan internasional menjadi nilai tambah dalam meningkatkan entrepreneurial skill dalam menghadapi era revolusi Digital, yakni Society 5.0 dan Revolusi Industri 4.0.
Demikian hal tersebut disampaikan UnisadhuGuna Ambassador, DR. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A, M.B.A dalam Virtual Coffee Talk UniSadhuGuna di Jakarta, Sabtu (7/11).
“Pendidikan adalah tangga menuju kesuksesan. Saya berharap dengan adik - adik kita akan mendapatkan semakin banyak kesempatan untuk dapat menempuh pendidikan berkualitas,” tutur Sandiaga.
Berdasarkan poling yang dilakukan UniSadhuGuna ada beberapa negara yang menjadi favorit tujuan pelajar Indonesia. Yang pertama adalah Amerika Serikat, disusul United Kingdom, Australia, dan negara Asia lainnya.
Presiden Direktur PT UniSadhuGuna, Adhirama Gumay menuturkan bahwa UniSadhuGuna International College (UIC College) merupakan ‘one stop solutions for Higher Degree Education yang mendukung akses pendidikan ke luar negeri. UIC College merupakan salah satu unit pendidikan UniSadhuGuna, lembaga pendidikan swasta dengan pengalaman lebih dari 26 tahun dalam Program Pendidikan Internasional.
“Kami memastikan bahwa rencana studi luar negeri yang dipilih akan berjalan lancar. Kami memastikan bahwa siswa akan dipandu baik dari sisi akademik dan pengembangan karakter sejak awal hingga hari kelulusan," ungkapnya.
Adhirama mengatakan, sampai saat ini kampusnya telah meluluskan lebih dari 3.000 lulusan terbaik yang berhasil meraih gelar Bachelor, Master maupun PHD di Universitas terbaik di Australia, UK, USA dan beberapa negara terkemuka lainnya.
Sementara itu, The Attache of Education & Culture, Embassy of the Republic of Indonesia, Washington DC, USA, Prof. Poppy Rufaidah PH.D menambahkan, setidaknya ada 8.356 pelajar Indonesia tersebar di Amerika Serikat. "AS sangat luas dengan rangking world class university bagus," paparnya.
Poppy memaparkan, berdasarkan survei permintaan dan konsultasi kepada 2.982 responden yang dilakukannya, peminatan jurusan terbesar yang ingin kuliah ke "Negeri Paman Sam" itu ada pada bidang sosial dan humaniora. Yakni seperti jurusan bisnis, hukum dan enterpreneurship. Disusul oleh bidang science, seperti fisika, biologi, hingga kedokteran dan keperawatan.
Poppy menuturkan, sebelum memilih bidang studi yang akan dipilih, setiap siswa harus memastikan apa yang menjadi minat dan bakat. Menurutnya, ada perbedaan antara keduanya tersebut.
"Minat bisa dipengaruhi orang tua, teman dan lingkungan. Sedangkan bakat yang sudah ada dalam diri seseorang. Penting lakukan tes lebih dulu untuk lihat minat dan bakat ke psikolog, untuk tahu cocok kemana (pilihan jurusan-red)," katanya menegaskan.
Menurut Poppy, jangan sampai pemilihan jurusan tak sesuai bakat dan minat tersebut pada akhirnya akan membuat siswa salah pilihan."Akhirnya pindah universitas dan program studi karena salah pilihan. Mungkin presure orang tua, teman atau bagaimana," ia menegaskan.
Ada tiga hal yang harus disiapkan setiap pelajar sebelum bersekolah ke luar negeri. Poppy menyebut hal pertama adalah motivasi akademis yang harus lebih tinggi daripada non akademis." Misal tekun pelajari bahasa dengan baik maupun bidang diminati," ujarnya.
Kedua adalah daya juang. Seberapa besar komitmen akan pilihan, seperti tidak menyerah dan siap menjalani keputusan yang sudah dipilih. "Negara Amerika Serikat semua independen dan individualis. Tidak bisa harapkan seperti yang ada disini," papar Poppy.
Terakhir adalah fokus, yakni menekuni apa yang menjadi pilihan anda sendiri. Jangan sampai terjadi kasus kegagalan karena orang tua memaksakan apa yang anak tidak sukai.
Head of Campus UniSadhuGuna Kelapa Gading, Ariyani Mawardi mengatakan, perencanaan studi yang harus dilakukan sejak dini diantaranya pemahaman dan pengetahuan karakter serta minat dan bakat anak. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi salah pilih jurusan serta bagaimana mempersiapkan perencanaan keuangan yang matang.
"Finansial harus lihat kita mau belajar apa, beda studi beda biaya. Penting juga siapkan pathway untuk kurangi1 cost. Misal bisa satu atau dua tahun di Indonesia sebelum ke luar negeri," kata Strong Certified Career consultant yang juga merupakan American Degree Specialist itu.