Yogyakarta, Gatra.com - Paguyuban Pengusaha Malioboro dan Ahmad Yani (PPMAY) mengancam akan menutup toko jika keberatan mereka atas larangan kendaraan bermotor di Malioboro tak digubris. PPMAY pun berencana menemui Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (10/11), untuk menyampaikan aspirasi itu.
Pernyataan ini disampaikan Ketua PPMAY Sadana Mulyono usai menggelar pertemuan dengan 50 anggota PPMAY di sebuah hotel di Malioboro, Jumat (6/11) petang.
"Terkait dengan uji coba non-kendaraan bermotor di Malioboro yang sudah menjadi ikon Yogyakarta, kami merasa perlu ada tindak lanjut dengan memberikan sedikit toleransi kepada kami kalangan pengusaha," kata Sudana.
PPMAY meminta penerapan Malioboro sebagai jalur pedestrian dan tanpa kendaraan bermotor pada jam 18.00 - 22.00 WIB. Ide ini akan disampaikan ke Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan diharapkan terwujud selama sisa masa uji coba.
Menurutnya, selama tiga hari ini dari dua pekan masa uji coba Malioboro tanpa kendaraan, omzet para pelaku turun hingga tinggal 20 persen. Hal ini dialami pemilik toko, pedagang kaki lima, asongan, pengamen, sampai pedagang di Pasar Beringharjo.
"Bahkan ada rekan kami yang tiga hari ini sama sekali tidak mendapatkan pembeli. Kami ini seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Pasca-hantaman Covid-19 sejak Maret, dan hampir mulai pulih, kami dihantam kebijakan ini," ucapnya.
PPMAY menilai penutupan Malioboro selama empat jam sehari sudah memenuhi kriteria sebagai World Heritage yang tengah diajukan Pemda DIY ke Unesco. Pasalnya, jika ditutup seharian penuh dan akses masuk susah, Malioboro akan sepi pengunjung.
"Kami hanya minta diajak berdialog dan diberi kesempatan mengusulkan ide ke pembuat kebijakan. Jika usulan kami tidak diterima, ke depan paling simpel adalah menutup toko," ujarnya.
Sudana yakin saat semua toko tutup, citra Malioboro sebagai ikon Yogyakarta akan rusak di mata dunia. Pengunjung pun enggan datang dan pengusaha tak akan lagi melihat Malioboro sebagai lokasi menguntungkan.
Koordinator lapangan PPMAY Karyanto Yudomulyono menyebut jika seluruh toko di Malioboro sepakat tutup 10 ribu orang diperkirakan kehilangan mata pencarian.
"Sebagai pembayar pajak maupun sewa, kami hanya ingin bisa berdialog dengan pembuat kebijakan. Ini supaya kami diberi napas dan toleransi agar bisa hidup bersama di Malioboro," katanya.