Jakarta, Gatra.com- Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Dirjen IKFT) Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam mengatakan pemerintah sedang berupaya mendorong pengembangan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI)."
Di daftar BPOM, dari 11.000 produk jamu, itu masih sedikit yang produksinya Obat Modern Asli Indonesia. Ini baru terdaftar 23 produk fitofarmaka, dan 69 Obat Herbal Terstandar (OHT)," katanya dalam acara diskusi virtual, Jumat (6/11).B
Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016, tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, kemandirian bahan baku obat menjadi salah satu target utama. Khayam mengaku, hal ini tidak mudah dilakukan lantaran ketergantungan impor bahan baku obat masih berada di angka 90% hingga 95%.
"Memang sulit kalau segalanya mengandalkan yang berbasis kimia. Makanya pemerintah sudah tepat untuk mencoba beralih ke yang berbasis alam (herbal), meskipun berbasis kimia ini tetap kita dorong," jelasnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki sekitar 30.000 hingga 40.000 varietas herbal yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Sayangnya, proses produksi bahan herbal ini baru bisa sampai pada tahap simplisia. Padahal, untuk bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku fitofarmaka, perlu dilakukan tahap ekstraksi, dan fraksionasi."
Kita tidak punya industri intermediate-nya. Tahapan-tahapan ini yang sebenarnya, di Indonesia masih belum memadai. Sehingga, produk OHT ini baru ada 27 jenis, sementara fitofarmakanya baru 21 jenis," ungkap Khayam.
Ia menambahkan, Kemenperin telah mengeluarkan kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) bagi industri farmasi. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2020, tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai TKDN Produk Farmasi.
Dalam Permenperin itu, penghitungan nilai TKDN produk farmasi bukan lagi menggunakan metode cost based, tetapi metode processed based. Menurut Khayam, berbagai upaya harus dilakukan, termasuk sinergi antara pemerintah, peneliti, dan juga pelaku industri untuk terus mendorong hal ini.
"Karena kita tahu bahwa kita punya banyak sekali bahan baku herbal yang sebenarnya juga penelitiannya sudah dilakukan tapi masih ada tahapan-tahapan yang belum tuntas. Ini yang kita inginkan sampai ke tahapan kelayakan ekonomi hingga uji klinisnya," tegasnya.