Home Kebencanaan Seluruh Pondok Pesantren di Bantul Di-lockdown

Seluruh Pondok Pesantren di Bantul Di-lockdown

Bantul, Gatra.com - Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bantul, Daerah IstimewaYogyakarta, Helmi Jamharis, meminta seluruh pondok pesantren (ponpes) menghentikan kedatangan para santri dari baik lokal maupun luar daerah. Mobilitas santri di kompleks ponpes juga dibatasi.

"Keputusan diambil usai gugus tugas melakukan koordinasi dengan pengurus terkait kemunculan klaster ponpes. Upaya kita antisipasi dengan melakukan lockdown internal dengan tidak mengundang santri yang belum datang," kataHelmi, di rumah dinas Bupati Bantul, Jumat (6/11).

Langkah ini menyusul temuan klaster di Ponpes Al Munawwir dan Ali Maksum, Krapyak, Sewon, dengan 195 kasus hingga kemarin. Kasus di ponpes ini terbanyak dibandingkan kasus-kasus ponpes lain di Bantul, yakni Al-Imdad, Pajangan, dengan dua kasus, dan Ponpes Bin Baz, Piyungan, lima kasus.

Melalui paguyuban pengurus ponpes se-Bantul, Pemkab Bantul meminta protokol kesehatan mandiri dilaksanakan secara disiplin. Santri diimbau mencuci tangan dan menjaga jarak sebagai usaha bersama mengendalikan penyebaran Covid-19.

"Kami juga meminta santri untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan mengonsumsi banyak asupan bergizi dan berolahraga. Jumat siang ini kami akan adakan rapat koordinasi dengan perwakilan 100-an pondok untuk membahas hal ini," ujarnya.

Helmi menyatakan pemkab tengah menyiapkan RS Patmasuri, Panggungharjo, sebagai alternatif tempat isolasi warga pondok, terutama ponpes Krapyak jika sarana isolasi mandiri tidak memungkinkan.

"Sementara ini kami meminta pengurus memanfaatkan ruangan di ponpes sebagai shelter terpisah dengan pengawasan ketat dari gugus tugas. Shelter dan kediaman santri, kami tegaskan harus terpisah," ujarnya.

Menurut Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Bantul, Sri Wahyu Joko Santosa, meledaknya kasus di lembaga pendidikan berasrama ini diduga karena periode jendela dalam infeksi virus.

"Saat datang, santri sudah memenuhi kewajiban melakukan skrining dan isolasi mandiri. Di periode ini sebenarnya mereka terinfeksi namun tidak terdeteksi secara fisik maupun saat testing," kata dokter yang akrab dipanggil Oki ini.

Saat periode itu lewat, gejala terinfeksi baru muncul. Hal ini, kata Oki, dialami warga ponpes dan kasus-kasus Covid-19 di perkantoran di Bantul.

Oki juga membantah jumlah dan kemampuan tenaga medis untuk melakukan skrining dan tracing terbatas. Di bawah koordinasi Dinas Kesehatan, saat ini semua puskesmas wajib terlibat dalam upaya pemeriksaan Covid-19. Klaster di ponpes Krapyak melibatkan tujuh puskesmas.

"Skrining dan tracing akan terus kami tingkatkan dengan cadangan alat tes PCR tersedia banyak. Ini belum lagi dengan beroperasinya mobil PCR mulai hari ini. Ditargetkan setiap hari akan menyasar 120 sampel dengan waktu pengujian sekitar satu jam," katanya.

Untuk ketersediaan tempat perawatan, Oki mengatakan RS Lapangan Bambanglipuro menyisakan 10 tempat tidur untuk pasien Covid-19 dan akan bertambah seiring adanya pasien sembuh. Dua tempat tidur untuk pasien kritis juga tersedia di RS Panembahan Senopati dan RS Elizabeth.

1397