Home Ekonomi Musim Penghujan Kuras Energi Perajin Batu Bata Tradisional

Musim Penghujan Kuras Energi Perajin Batu Bata Tradisional

Karanganyar, Gatra.com- Musim penghujan menambah kerja para perajin batu bata tradisional di Kampung Kepoh, Kelurahan Lalung, Karanganyar, Jawa Tengah. Selain proses pengeringan batu bata cetak menjadi lebih lama, produksinya juga menurun.

Marsi (65) perajin asal Rt 02/Rw II Lalung mengaku harus mengamati cuaca selama mengeringkan batu bata usai dicetak. Batu bata mentah yang ditata di pelataran rumah dipindah ke tempat teduh untuk menghindari kehujanan. Ratusan buah dipindah secara manual satu per satu.

"Mau bagaimana lagi. Kalau kehujanan rusak. Mengeringkannya hanya mengandalkan terik matahari," katanya kepada wartawan, Selasa (3/11).
Pengeringan batu bata di musim penghujan bisa berlangsung sampai dua pekan. Berlainan saat musim kemarau yang hanya butuh sepekan saja.

Setelah semua batu bata kering, baru dibakar. Dari biasanya membakar 10 ribu buah batu bata, kini berkurang sampai separuhnya saja karena proses pengeringan terkendala penghujan. Proses pembakaran pun tak langsung jadi. Butuh waktu sampai tiga bulan. Cara manual tersebut ditekuni para perajin di kampung tersebut selama turun temurun.

"Keuntungan enggak banyak. Asal bisa buat dapur mengepul saja. Jualnya per 1.000 buah Rp550 ribu. Kalau saat musim kemarau Rp530 ribu. Biasanya pembeli datang sendiri. Bisa pula diantar. Pembeli dari Karanganyar dan sekitarnya," kata Marsih.

Rupanya perajin batu bata di Kampung Kepuh nyaris tak beregenerasi. Para pemudanya lebih memilih bekerja di pabrik atau merantau. Perajin lainnya, Sugiyem (65) mengatakan tinggal dirinya yang menekuni pekerjaan itu di keluargnya. Suaminya baru saja meninggal dunia. Sedangkan anak-anaknya bekerja sebagai buruh. "Anak-anak enggak mau bikin batu bata. Hanya saya saja sekarang," tutur manula ini.

Dengan sisa-sisa tenaganya, ia mencetak batu bata dari bahan tanah liat. Kemudian mengeringkannya di pelataran tobong (rumah tungku). "Saat kemarau, mengeringkan batu bata di dekat waduk. Ada lapangan di sana. Tapi sekarang susah kalau harus bolak balik mengangkut saat mau turun hujan. Saya sudah tua, enggak sanggup," katanya.

Di musim penghujan, ia juga tak bisa mencapai target produksi. Jika sudah mengeringkan 5.000 buah, itu dirasa cukup.  "Biasanya bikin 10.000 buah. Tapi sekarang 5.000 langsung dibakar. Bahan bakarnya sekam dan kayu," katanya.

Proses pembakaran untuk menyempurnakan batu bata agar kuat dan kokoh. Sentra pembuatan batu bata tradisional di kampung ini masih bertahan di tengah persaingan produk serupa namun pabrikan.

126