Palembang, Gatra.com - Indonesia termasuk salah satu negara utama penghasil karet alam dengan produksi melebihi 3,7 juta ton per tahun. Bahkan, 30 persen dari produksi nasional ada di Provinsi Sumatera Selatan.
Kekinian, harga karet di Bumi Sriwijaya tersebut anjlok sebesar Rp 1.626 menjadi Rp 18.246. Hal itu lantaran dipicu Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat saat ini.
Yang mana, salah satu kandidat Presiden yakni Joe Biden berencana membuka kembali hubungan dagang dengan Iran melalui perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan Of Action.
“Karena itu, harga (karet Sumsel) hari ini turun lagi dibanding harga indikasi karet sebelumnya untuk KKK (Kadar Karet Kering) 100 persen,” ujar Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel Rudi Arpian pada Selasa (3/11/2020).
Dijelaskan Rudi, padahal sebelumnya harga karet di wilayahnya sempat mengalami peningkatan pada akhir Oktober lalu mencapai Rp 21.492.
“Itu harga tertinggi selama tahun 2020 ini. Sekarang turun lagi,” ucap dia.
Ia membeberkan adanya rencana tersebut membuat minyak Iran bakal membanjiri pasokan global di tengah pengetatan pasokan minyak oleh negara-negara pengekspor minyak atau Organization of Petroleum Exporting Countries.
Masih kata dia, harga karet KKK 100 persen sempat menguat lantaran permintaan ekspor dari Amerika Serikat dan Tiongkok beberapa waktu lalu. Namun, hal itu tak bertahan lama pascaharga minyak mentah dunia anjlok hingga tiga persen.
“Anjloknya harga minyak mentah dunia hingga 3 persen memicu aksi profit taking di bursa komoditas internasional. Selain itu, kontrak harga karet awal tahun 2021 rata-rata anjlok di semua bursa perdagangan internasional,” jelasnya.
Dinas perkebunan provinsi setempat pun berharap kondisi harga karet bisa merangkak naik kembali di tengah harga minyak mentah yang rendah. Mengingat penurunan harga minyak dunia mengakibatkan harga karet sintetis sangat kompetitif, sehingga permintaan karet alam bakal terganggu.
“Kami harap harga karet dapat bangkit kembali. Itu juga sangat bergantung pada agenda kebijakan masing-masing kandidat yang memenangi Pilpres Amerika Serikat kali ini,” tutup dia.