Cilacap, Gatra.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mengoptimalkan peran Desa Tanggap Bencana (Destana) merespons meningkatnya risiko bencana akibat tingginya curah hujan pada November ini. Apalagi, sebagian desa di Cilacap barat rawan longsor.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPBD Majenang, Edi Sapto Prihono mengklaim BPBD dan pemerintah desa telah mendirikan Destana di sebagian besar desa rawan bencana di wilayah Cilacap barat.
“Di wilayah kita kan sudah mendirikan desa tanggap bencana,” kata Edi, Selasa (3/11).
Selain mengantisipasi bencana di desanya, personel dan relawan Destana juga memantau perkembangan desa lain yang belum memiliki Destana. Dikatakan, Destana telah dibentuk mulai tingkat kecamatan hingga desa.
Selain mengoptimalkan Destana, BPBD juga mengintensifkan sosialisasi mitigasi bencana di seluruh desa. Pasalnya, dari 76 desa di wilayah Cilacap barat, separuh lebih atau sekitar 40 desa di antaranya merupakan daerah rawan longsor. Selain itu, ada pula wilayah rawan banjir.
“Di wilayah kita, wilayah UPT BPBD Majenang itu kan, memang risiko bencana longsor dan banjir. Dari awal memasuki musim hujan, kita sudah mengimbau kepada desa-desa, terutama di daerah pegunungan yang rawan longsor, kemudian di wilayah bawah yang rawan banjir,” ujarnya.
Dia pun menjelaskan, destana telah melakukan simulasi mitigasi bencana, mulai tingkat preventif hingga tanggap darurat bencana. Langkah itu dilakukan untuk memastikan personel Destana memiliki kemampuan tanggap darurat saat bencana benar-benar terjadi.
Edi mengungkapkan, berdasar informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan masih tinggi pada November ini. Cuaca ekstrem berupa hujan lebat atau ekstrem, berpotensi tinggi terjadi tiupan angin kencang dan sambaran petir.