Jakarta, Gatra.com - Perkataan Emmanuel Macron tentang Islam akibat dari awal seorang guru terbunuh oleh pemuda ekstrimis 18 tahun masih terus bergulir. Ditambah Macron juga dianggap membela majalah Charlie Hebdo yang mendukung pelecehan dengan memuat karikatur Nabi Muhammad pada majalah mereka.
Menanggapi hal tersebut, menurut Anggota Komisi I DPR RI Dave Laksono, pemerintah mesti hati-hati dalam menanggapi gejolak tersebut. Selama presiden Prancis itu masih diam saat ini, Indonesia juga harus menghitung jika Macron kembali berulah.
"Kita bisa membuat nota keberatan, political notes, kita juga bisa menyampaikan di forum internasional PBB, atau juga di forum-forum lainnya. Kalau memang presiden Macron tetap seperti itu dan mengulangi hal yang sama, baru kita berpikir soal pemanggilan ataupun pemulangan dubes Perancis," ujar Dave saat ngobrol santai dengan wartawan, di Jakarta, Senin (2/11).
"Harus ada langkahnya, kalau memang pemanggilan atau pemulangan dubes itu jika memang betul-betul presiden Macron membuat pernyataan keras lagi dan kita mesti berpikir bahwa pemanggilan dubes ini pasti ada dampaknya," imbuh politisi fraksi partau Golkar itu.
Ia menuturkan, jika langkah-langkah keras Indonesia juga harus dihitung dan siap untuk langkah berikutnya. Dave berharap, jangan sampai ada hal-hal yang sudah diputuskan namun Indonesia tidak bersiap dengan imbasnya.
"Misalnya kan nanti Perancis menghentikan kerjasama ekonomi dengan Indonesia, ada perusahaan yang tutup dan banyak yang kehilangan pekerjaan dan lain-lain. Nah kita sudah siap belum? Apakah pemerintah bisa menanggulangi tidak? Kita harus menyiapkan untuk kondisi A, B dan C nantinya," ungkap Dave.
Dave juga meyakini, jika Macron tidak akan meneruskan pernyataannya. Menurutnya, Macron sudah melihat di dalam negaranya sudah bergejolak.
"Saya yakin juga Macron tidak akan menarik ucapan atau meminta maaf, akan tetapi dia juga tidak akan meneruskan ucapannya, cuku kemarin di situ saja. Toh di dalam negerinya juga sedang bergejolak. Dia kalau menarik ucapan maka akan dianggap lemah, tapi kalau terus mengeluarkan ucapan lagi, maka akan memperburuk situasi," katanya.
"Macron hanya sedang menunggu suasana mereda, apalagi ada Pilpres Amerika, perhatian dunia dan masyarakat Perancis pun akan terfokus kepada itu," paparnya