Jakarta, Gatra.com - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) M. Zulfikar Rahmat dalam diskusi daring bersama Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) bertajuk "Evaluasi Politik Luar Negeri dan Perubahan Ekonomi Global", pada Minggu (1/11), mengatakan bahwa Indonesia saat ini sangat bergantung pada Tiongkok.
Tiongkok, kata Zulfikar, merupakan investor terbesar kedua setelah Singapura, dan mitra dagang utama Indonesia. Di sisi lain, Tiongkok juga merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia disepanjang 2019 dengan nilai US$25,8 juta atau sekitar 16,68% dari total ekspor.
"Pada 2019 Tiongkok turut menjadi sumber impor terbesar Indonesia senilai US$44,5 juta setara dengan sepertiga total impor Indonesia," kata Zulfikar.
Ia juga mencatat, pada beberapa bulan yang lalu, Tiongkok dan Indonesia telah menandatangani kesepakatan untuk menggunakan mata uang Yuan dalam perdagangan dan investasi. Menurut Zulfikar, ini merupakan tahapan yang luar biasa dalam hubungan Indonesia dan Tiongkok.
Yang menarik, seperti yang diungkapkan Zulfikar, manuver Tiongkok di Indonesia tidak hanya berada dalam sudut pandang politik dan ekonomi belaka, tetapi juga dari sudut pandang budaya.
Zulfikar mencatat, hari ini sudah ada enam institusi Khonghucu di Indonesia. Pendekatan-pendekatan budaya yang dilakukan Tiongkok, kata Zulfikar, dilakukan untuk melegitimasi kepentingan ekonomi dan politiknya.
"Belakangan ini saya melakukan penelitian terhadap salah satu institusi Konghucu yang ada di Malang dan saya menemukan bahwa apa yang diajarkan di sana sangat erat kaitannya dengan kepentingan politik dan ekonomi Tiongkok," ucapnya.
Zulfikar melanjutkan, hubungan Indonesia dan Tiongkok belakangan ini meningkat karena adanya adanya proyek Belt and Road Initiative Tiongkok yang diajukan oleh presiden Tiongkok Xi Jinping pada tahun 2012, yang kemudian direalisasi pada tahun 2013.
Proyek itu bertujuan untuk membangun kembali jalur sutra di era modern yang memiliki dua jalur, yaitu jalur darat dan jalur maritim. Indonesia, dalam hal ini, bermain peran yang sangat penting karena menjadi salah satu negara maritim terbesar. Dan Tiongkok, ujar Zulfikar, sangat sangat intens dalam membangun proyek ini.