Yogyakarta, Gatra.com - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tak akan menambah kapasitas tes Covid-19 usai momen libur panjang ini. Klaim bahwa jumlah tes di DIY 700-1.000 orang per hari melampaui standar WHO tak sesuai data, yakni rata-rata sekitar 500 orang per hari.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah DIY Baskara Kadarmanta Aji, Minggu (1/11). Menurutnya, kapasitas tes reaksi berantai polimerase (PCR) tak perlu ditambah.
“Penambahan tidak perlu, tapi pindahkan fokus sampel yang akan di-swab terutama di destinasi wisata dan untuk pelaku wisata,” ujar dia.
Setelah masa libur ini, dua pihak akan menjadi fokus untuk tes Covid-19, yakni pelaku wisata dan masyarakat di sekitar destinasi wisata, serta keluarga yang didatangi kerabat dari luar DIY. “Jumlah tesnya belum ditentukan, tergantung tenaga swab dan (kapasitas) laboratorium,” katanya.
Tes Covid-19 untuk pelaku wisata itu bertujuan mengetahui dampak kedatangan wisatawan ke DIY terhadap kasus Covid-19. “Membanjirnya pengunjung ini menimbulkan klaster atau tidak,” kata Aji.
Menurutnya, sebagian besar turis yang datang ke DIY telah memakai masker dan menerapkan protokol kesehatan. Namun Pemda DIY akan melihat data hasil penegakan disiplin atas protokol kesehatan oleh petugas.
Daerah-daerah padat wisatawan dan paling banyak pelanggaran protokol akan diutamakan untuk dijadikan sampel tes. “Ada beberapa yang mengabaikan prokes di tempat tertentu. Tempat-tempat itu nanti jadi prioritas sampel (tes),” kata dia.
Aji mengakui tak ada langkah tes acak Covid-19 bagi turis. “Wisatawan sekarang sudah balik kan. Tentu kami tidak bisa (memeriksa). Itu tugas (pemda) di domisilinya,” ujarnya.
Namun tes acak gelaran Kabupaten Sleman menemukan tiga turis reaktif dari hasil tes cepat Covid-19 di objek wisata Tebing Breksi. Tiga orang itu pun menjalani tes PCR. “Hasilnya ketiganya negatif,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo, Minggu.
Sekda DIY juga menyebutkan tes usai libur panjang ini tak menambah kapasitas tes PCR di DIY. Hal ini karena, menurut Aji, jumlah tes reguler mencapai 700-900 orang tiap hari, bahkan jika dimaksimalkan mencapai seribu orang per hari.
Sesuai ketentuan WHO untuk mengetes 1 persen penduduk per per pekan, menurut Aji DIY yang memiliki 3,8 juta penduduk sudah mencapai standar 3.800 orang dites per minggu. “Ini sudah cukup,” kata dia.
Jumlah 3.800 orang per pekan itu setara dengan 543 orang dites per hari. Namun data Pemda DIY menunjukkan jumlah warga yang dites naik turun. Selama tiga bulan Juli- September, rata-rata jumlah tes harian adalah 498, 489, dan 599 orang per hari--jauh dari rata-rata yang disebutkan Sekda Aji.
Dalam tiga bulan itu, jumlah tes melampaui 1000 orang hanya tercapai tiga kali, yakni pada 2 Juli (1.480 orang), 24 Juli (1.089), dan 25 September (1.132).
Adapun selama Oktober, jumlah tes tersedikit 284 orang dan terbanyak 784 orang per hari. Jika dirata-rata, per hari warga DIY yang dites PCR selama Oktober nyaris 500 orang--belum sesuai standar WHO dan klaim Sekda DIY.
Pada Minggu (1/11), jumlah tes mencapai 506 orang dan ditemukan 16 kasus positif baru. “Total kasus positif Covid-19 di DIY menjadi sebanyak 3.851 kasus,” kata Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih.
Jumlah kasus positif itu dari total 74.378 warga DIY yang dites PCR. Dari total kasus, 3.160 orang sembuh, 598 kasus aktif, dan 93 orang meninggal.