Sergai, Gatra.com - Tatapan lelaki 50 tahun itu berpendar jauh, membentur tebing-tebing berteras yang dijejali pohon kelapa sawit muda di Desa Kotarih Baru, Kecamatan Kotarih Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara (Sumut), Selasa pekan lalu.
Lepas lebaran lalu, lahan dua hektar milik Rosiana Purba itu kebagian program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa sawit (BPDPKS).
Uniknya, tak hanya pohon kelapa sawit yang ditanam di sana, tapi juga pohon pisang barangan dan jagung. Di teras paling bawah, sisa tegakan hamparan jagung siap panen masih kelihatan.
"Beginilah keadaan kami di sini. Kami musti kreatif memanfaatkan sela tanaman kelapa sawit untuk menghasilkan duit," cerita Bahtera Barus kepada Gatra.com, Selasa pekan lalu.
Mata Ketua Kelompok Tani Mandiri Jaya ini masih mengitari pohon-pohon pisang barangan itu.
"Ini lahan milik salah seorang anggota kami di Kelompok Tani (Poktan) Mandiri Jaya. Tanaman jagung untuk kebutuhan dapur dan pisang barangan untuk bekal perawatan sawit nanti. Ada 1000 batang pohon pisang barangan yang ditanam di sini," terangnya.
Sampai sekarang kata ayah dua anak ini, sudah 106,75 hektar lahan milik anggota Poktan yang menjalani PSR. Lahan ini tersebar di sejumlah desa di Kecamatan Kotarih itu.
Baca juga: Cerita Unik PSR Sergai
"Semua anggota sama kayak Bu Rosiana, menanam palawija di sela sawit itu. Tanaman mereka macam-macam. Selain pisang dan jagung, ada juga singkong, kacang tanah hingga pepaya california," ujarnya.
Bertanam palawija tadi bukan tanpa alasan. Sebab modal PSR yang dipakai oleh petani, cuma yang bersumber dari dana hibah BPDPKS itu.
"Kami tak ada minjam duit dari bank. Bukan bank tak mau ngasi pinjaman, tapi kami enggak punya sumber untuk membayar cicilannya. Soalnya di situ pinjaman diteken, bulan depan sudah wajib nyicil," ujar Bahtera.
Dulu, kata anggota DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sergai ini, waktu sosialisasi, pihak bank bilang kalau petani kelak boleh meminjam duit Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk perawatan swit.
"Tapi setelah kami menjalani PSR, sudah tak boleh pula. Katanya pinjaman KUR hanya untuk tanaman palawija. Inilah yang membikin kami bingung," ujarnya.
Sudahlah tak dapat pinjaman KUR, perusahaan pun belum ada yang mau jadi mitra. Sebab hamparan lahan petani, terlalu berpencar. Tidak seperti lahan eks plasma yang satu hamparan.
"Kalau dibilang jengkel, ya jengkel sih sebenarnya. Macam dimain-mainkan. Tapi ya sudahlah, suka tidak suka, kami harus berusaha sendiri dan kami harus bisa. Sampai sawit umur tiga tahun, kami masih bisa membikin tanaman sela. Cukuplah untuk bekal kami sampai sawit menghasilkan," katanya.
Ketua DPW Apkasindo Sumut, Gus Dalhari Harahap mengacungi jempol atas kegigihan anggotanya itu. "Kita ambil hikmah positifnya saja. Dapat hibah dari BPDPKS saja, sudah sesuatu yang patut kita syukuri. Yang jelas, keterbatasan Insya Allah akan membikin kita lebih kreatif dan ini sudah terbukti," katanya.
Abdul Aziz