Jakarta, Gatra.com - Guru Besar Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Prof. Dr. Dr. Catharina Dewi Wulansari, mengatakan, setiap orang harus mengenali kelebihannya untuk dapat membuka peluang, termasuk di masa sulit pendemi Covid-19 ini.
Catherina dalam webinar bertajuk "Level Up Your Productivity", Sabtu (31/10), menyampaikan, setiap orang harus mengenali potensi dirinya agar bisa bekerja dan berkarya sehingga bisa menyejahterakan kehidupanya.
Ia mengungkapkan, pandemi Covid-19 ini memukul hampir seluruh lini kehidupan, termasuk sektor bisnis. Maka, diperlukan usaha atau bisnis yang di luar kebiasaan karena bisnis secara konvensional terbukti terimbas pandemi.
Bukti bahwa sektor bisnis terimbas pandemi Covid-19, di antaranya terjadi di Kota London, Inggris. Pada 22 Oktober 2020, toko-toko di sana tutup bukan karena lockdown, melainkan karena tidak sanggup lagi beroperasi akibat merugi terdampak pandemi.
"Di Singapura ada toko Robinson yang sudah 162 tahun, kemarin toko yang besar itu ternyata tutup. Di Plaza Indonesia itu ada mal besar yang biasa orang-orang besar belanja di sana, sekarang tidak mampu lagi bertahan," ungkapnya.
Bukti tersebut menunjukkan bahwa usaha atau bisnis tidak bisa lagi menggunakan pola-pola konvensional. Karena itu, perlu cara-cara atau bisnis dengan cara yang luar biasa untuk menangkap peluang di era ini.
Untuk menuju ke sana, setiap orang harus mengenali kemampuannya, karena Tuhan memberikan potensi. Hanya saja, potensi diri ini harus digali. Untuk menemukanya, Dewi memberikan contoh fenomena gunung es yang hanya kelihatan puncaknya, tapi kalau bisa melihat atau menyelaminya ke dalam lautan, maka gunung es itu akan terlihat sangat besar.
"Ini analogi potensi kita, yang terlihat itu yang kecil ini, yakni kita tidak punya apa-apa, padahal di dalamnya ada yang bisa kita kembangkan," ujarnya.
Setiap orang harus mencari tahu dan menggali apa kekuatandan kelebihan atau potensi yang ada di bawah alam sadarnya, kemudian mengebangkannya sehingga bisa sejahtera. "Tuhan memberikan itu," katanya.
Dalam webbinar yang dibuka oleh Ketum Asosiasi Pengajar Hukum Adat (APHA) Indonesia, Dr. Laksanto Utomo. ini, Dewi melanjutkan, soal potensi diri di bawa alam sadar itu sesuai kuadran Johary Windows.
Pertama buta (blind), yakni seseorang mempunya potensi tetapi dia dan orang lain tidak mengetahuinya. Kedua open, yakni orang lain tidak mengetahui tetapi orang tersebut mengetahui potensi dirinya.
Ketiga cloes, yakni seseorang mengetahui potensinya namun orang lain tidak. Keempat dark, yakni seseorang tidak mengetahui potensi dirinya dan orang lain juga demikian. "Jangan sampai masuk di blind dan dark. Ini menurut saya yang parah," katanya.
Lima Potensi Diri
Menurut Dewi, ada 5 potensi diri. Pertama fisik. Kelebihan dan kekurangan fisik seseorang bisa menjadi potensi jika orang tersebut mengetahui dan mampu memanfaatkannya. Seseorang yang rupawan atau sebaliknya, itu menjadikan kekuatan dan laku dijual jika bisa menggali dan memanfaatkannya. "Contoh, Thomas Alva Edison yang mampu menghasilkan lampu pijar," ujarnya.
Kedua, potensi mental spiritual; ketiga, potensi mental intelektual; keempat, potensi sosial emosional. Potensi sosial emosional ini penting agar bisa menggerakkan sumber daya manusia (SDM) karena dia punya empati, mampu menenangkan hati orang lain, dan bisa menggerakan orang lain. "Ini disebut soft skill," ujarnya.
Terakhir atau kelima, potensi ketahanmalangan. "Tahan terhadap ketahanmalangan, dia biasanya untuk intelijen, dalam kondisi tertentu tidak jatuh. Orang ini sangat tergentung pada genetik tertentu karena ada genetik tertentu yang bisa menghadapi ketahanmalangan," ujarnya.
Cara untuk Mengetahui Potensi Diri
Untuk dapat mengetahui potensi diri, seseorang bisa melakukan 3 hal. Pertama, instropeksi diri. Ini untuk jujur kepada diri tentang kelebihan dan kekurangannya. Untuk mengetahui ini, Dewi memberikan tips yang bisa digunakan.
"Tipsnya, semua ada tanda-tandanya, kalau kita mau cari potensi kita. Coba tulis di kertas, apa yang membuat kita senang atau menikmati, itu tanda-tanda bahwa itu potensi kita. Contohnya, waktu kecil saya suka gunakan sepatu kakak saya yang tinggi, sambil pura-pura mengajar. Itu potensi saya di mengajar," ujarnya.
Kedua, feed back dari orang lain. Seseorang juga harus bertanya kepada orang lain untuk meyakinkan atau memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan potensinya yang cocok untuk dijalani.
"Ini perlu tanya kepada orang lain. Contoh, ada peserta pencarian bakat, suaranya kurang bagus tapi dia percaya diri. Jadi dibutuhkan feed back dari orang lain, jangan kepedean, kalau tidak bisa diperbaiki, maka itu bukan potensinya," ujar dia.
Ketiga, tes posikologi dan kepribadian. Menurut Dewi, tes ini sangat membantu seseorang bisa menggali poetensi dirinya. "Tes ini sangat membantu, bahkan penelitian menunjukkan 99,9% tes hand writing and raisins itu akurat," ujarnya.
Aktualisasi Diri
Setelah mengetahui kelebihan yang dimiliki, maka seseorang tinggal melakukan aktualisasi diri. Kemudian, tentukan sasaran yang akan dicapai, syukuri apapun yang sudah didapat untuk selalu menanamkan berpikir positif.
Kemudian, berani mengambil risiko, keputusan berada di tangan sendiri, manfaatkan setiap kemampuan yang ada, terbuka untuk belajar dari siapapun, belajar dari kesalahan dengan selalu bersikap relaistis, dan jangan hanya berbicara atau kerjakan yang Anda inginkan.
"Kesimpulan, cari apa yang kita enjoy, itulah potensi kita. Lakukan evaluasi, ubah menjadi persaan hingga action positif, dan keberhasian," katanya.