Jakarta, Gatra.com - Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki Hadinegoro, menyebut, herd immunity atau kebalnya kelompok terhadap penyakit infeksi, salah satunya Covid-19, bisa terjadi dalam dua kondisi.
Pertama, setelah masyarakat telah mendapatkan vaksin Covid-19. Kedua, bisa saja didiamkan tanpa vaksin dan kemudian imun terbentuk sendiri. Namun untuk opsi kedua, menurut Sri, sangat tidak mungkin mengingat protokol kesehatan (prokes) di Indonesia belum diterapkan dengan baik.
"Kemudian kedua bisa saja didiamkan, nanti lama-lama (terbentuk) imun sendiri. Tetapi kalau kita diamkan saja, sementara rakyat Indonesia belum disiplin dalam protokol kesehatan (prokes)," kata Sri dalam webinar 'Vaksinasi untuk Negeri', yang diselenggarakan KPCPEN dan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Sabtu (31/10).
Ia pun membeberkan bahwa pengendalian kasus Covid-19 di Indonesia tidak bisa disamakan dengan di negara lain, seperti Thailand dan Taiwan. Profesor tersebut menjelaskan, penerapan prokes di dua negara itu sudah baik. Dengan begitu, cara herd immunity bisa diterapkan.
"Saya diskusi dengan [perwakilan] Thailand dan Taiwan, itu bisa begitu menurunnya cepat sekali, karena mereka disiplin. Jaga jarak, itu benar-benar jaga jarak," ungkapnya.
Atas dasar itu, ia menyampaikan cara lain untuk memutus rantai Covid-19, satu di antaranya dengan melakukan vaksinasi kepada masyarakat. Kendati begitu, ia memperingatkan bahwa vaksin yang akan dipakai harus sudah teruji klinis dan terbukti efektivitasnya.