Yogyakarta, Gatra.com – Kawasan Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan diujicoba sebagai jalur pedestrian selama dua minggu, 3-15 November mendatang. Dari uji coba terakhir ini akan diambil keputusan pemanfaatan Malioboro di masa mendatang.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan DIY Ni Made Dwi Panti Indrayanti mengatakan manajemen dan rekayasa lalu lintas secara penuh dengan modifikasi satu arah akan diterapkan di Malioboro.
“Nanti satu arah ini akan diberlakukan khusus di seputaran kawasan Malioboro. Sedangkan khusus Jalan Malioboro kami hanya memperkenankan kendaraan tidak bermotor yang boleh melintas,” kata Ni Made, Sabtu (31/10).
Menurutnya, Jalan Malioboro hanya akan dilalui bus umum Trans Jogja, kepolisian, layanan kesehatan, layanan kebakaran, dan kendaraan patroli. “Di Jalan Malioboro itu diberlakukan satu arah bagi kendaraan yang diperkenankan, kecuali kendaraan patroli bersepeda bisa berlawanan arah,” katanya.
Dengan pengaturan tersebut, pesepeda diharap tak berhenti di ruas Jalan Malioboro. Adapun pejalan kaki dari arah selatan disediakan jalur di sisi timur dan pejalan kaki dari utara di jalur sisi barat. “Kita antisipasi penyebaran Covid-19 karena terlalu banyak berkumpul,” ucapnya.
Ni Made mengatakan uji coba ini berjalan selama dua minggu sejak Selasa (3/11). Uji coba itu dimulai pukul 11.00 sampai 22.00 WIB di Jalan Malioboro, sedangkan untuk jalan di sekitar Malioboro berlaku selama 24 jam.
“Setelah tanggal 3, khusus Jalan Malioboro dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Jadi ada waktu loading barang. Untuk aktivitas ekonomi di kawasan Malioboro dapat dilakukan setelah jam 10 malam sampai sebelum jam 6 pagi,” katanya.
Menurut Ni Made, sepuluh jalan sirip di sepanjang Malioboro tetap boleh dilintasi untuk dua arah. "Tapi tidak boleh melintas di Jalan Malioboro. Kami harap ada tempat parkir yang disediakan secara komunal oleh masyarakat di sana, sehingga tidak memakai badan jalan,” kata dia.
Menurutnya, uji coba jalur pedestrian di Malioboro ini membutuhkan tempat parkir. Beberapa lokasi bisa digunakan, seperti di Jalan Abu Bakar Ali, Ngabean, Pasar Sore di sebelah Pasar Beringharjo, dan sisi depan Ramai Mal.
“Kalau dari sisi jumlah, mungkin tidak memenuhi kapastitas yang diinginkan masyarakat. Nah, harapannya angkutan umum ini menjadi titik tekan (parkir) untuk warga Yogya," kata dia.
Uji coba jalur pedestrian Malioboro telah digelar pada awal 2020 lalu setiap Selasa Wage. Ni Made mengatakan rekayasa dan manajemen lalu lintas ini untuk mendukung fungsi-fungsi di Malioboro.
“Karena bagian dari Sumbu Filosofi yang sedang diajukan sebagai Word Heritage ke Unesco. Penataan transportasi menjadi salah satu poin penting, di mana kondisi sekarang kita tahu Malioboro sebagai pusat ekonomi di Kota Yogya yang krodit dan macet,” katanya.
Sumbu Filosofi adalah garis imajiner dari pantai selatan DIY hingga Gunung Merapi. Di sepanjang garis itu terdapat sejumlah bangunan dan lanskap yang menjadi ciri khas DIY, seperti Keraton Yogyakarta dan Tugu Pal Putih.
Menurut Ni Made, uji coba jalur pedestrian Maliboro ini merupakan uji coba terakhir. “Ke depan akan ada keputusan untuk pemberlakuan itu. Harapannya, semua mendukung,” ucapnya.