Home Kebencanaan Doa Tujuh Ustadz dalam Tradisi Wiwitan

Doa Tujuh Ustadz dalam Tradisi Wiwitan

Purworejo, Gatra.com- Wiwit atau dalam Bahasa Indonesia berarti mulai, adalah sebuah tradisi syukuran untuk memulai panen padi atau memulai menggarap sawah. Namun tradisi ini hampir hilang, hanya beberapa daerah saja yang masih melakukannya. 
 
Salah satunya adalah warga Desa Brenggong, Kecamatan/Kabupaten Purworejo yang berusaha 'nguri-uri' budaya sedekah bumi tersebut. Dalam masa pandemi, Pemerintah Desa (Pemdes) Brenggong mengharuskan kegiatan tersebut sesuai dengan protokol kesehatan. 
 
Puluhan warga yang datang patuh memakai masker, duduk berderet di pematang sawah. Ada 14 tumpeng serta lauk-pauknya dari 12 RT yang ada, satu dari Pemdes dan satu dari Kades.
 
Pada tempat acara juga disediakan beberapa alat cuci tangan lengkap dengan sabun. Dua orang petugas dari Pemdes Brenggong, membawa masker. Warga yang kebetulan lupa memakai masker, langsung diberi.
 
Sedekah bumi atau selamatan wilujengan digelar sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan doa kepada Allah SWT agar hasil panen melimpah. "Sedekah bumi adalah memohon kepada Allah SWT, supaya masyarakat Desa Brenggong diberi keselamatan. Harapan kita Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan hasil pertanian yang baik," kata Kades Brenggong, Legiman Kamis sore (29/10).
 
Menurutnya, apabila hasil panen petani meningkat otomatis akan ingat kepada Alllah SWT dan bersedekah. "Acara ini bukan bermaksud minta sesuatu kepada yang mbahureksa (makhluk ghaib, dipercaya menguasai suatu tempat)," tegas Legiman.
 
Sedekah bumi ini dilakukan untuk kedua kalinya,  sebelumnya pada tahun 2019, hasilnya  tanaman petani di desanya aman dari penyakit dan hama sehingga hasil ada peningkatan sekitar 25 persen.
 
Sedekah bumi diisi tahlil dan doa bersama, setelah itu mengepung tumpeng yang dibuat petani-petani sebagai rasa syukur, dan dimakan bersama-sama. Usai tahlil dilanjutkan doa bersama. Uniknya doa kali ini dipimpin oleh tujuh orang ustadz yang bergantian memimpin doa.
 
Ketua BPD Desa Brenggong, Supriyadi SIP,  menambahkan bahwa, sedekah bumi ini perwujudan dari upacara wiwit yang dilakukan petani secara perseorangan sebelum menggarap sawah. Karena sesuatu hal tradisi tersebut sempat punah, kembali diinisiasi pemdes sejak tahun 2019.
 
Menurut dia, sebelumnya tanaman pertanian warga sering diserang hama sehingga hasilnya turun. "Untuk menunjang ketersediaan air, pihaknya menganjurkan warga menanam tanaman yang akarnya mampu menyimpan kandungan air, seperti pohon gayam dan beringin ditanam di pinggir aliran sungai serta menanam pohon aren dan bambu di lahan masing-masing," jelasnya.
 
Yanto, warga RT 01 RW 04 mengatakan dari pengalaman tahun lalu dengan sedekah bumi hasil panennya bagus. "Saya selalu berharap panenan padi tahun ini hasilnya bagus lagi," harapnya.
2701