Pekanbaru,Gatra.com- Pengamat komunikasi politik Universitas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris, mengatakan kata 'reborn' yang diusung Masyumi harus disertai program aksi yang jelas jika ingin menarik perhatian publik.
Menurut Aidil, jika partai tersebut nantinya terbentuk maka Masyumi langsung dihadapkan dengan persaingan dengan partai Islam dan realita mengecilnya populasi pemilih Masyumi.
"Mereka akan dihadapkan dengan partai Islam yang sudah eksis dan fakta peralihan generasi pemilih. Jadi standing position harus jelas," terangnya kepada Gatra.com, Kamis (29/10).
Masyumi punya rekam jejak mumpuni di Riau. Pada pemilu tahun 1955 partai yang digawangi Muhammad Natsir ini tampil sebagai pemenang di Sumatera Tengah, dengan raihan suara lebih dari 50 persen. Saat itu Riau merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Tengah bersama Sumatera Barat dan Jambi. Namun, seiring pembubaran Masyumi tahun 1960,kiprah kader partai tersebut nyaris tidak terdengar. Meski begitu perhatian publik Riau terhadap partai Islam tak sepenuhnya luntur.
Dikatakan Aidil, alih-alih mengusung kata reborn sebagai pertanda kebangkitan partai. Masyumi harus punya roadmap yang jelas tentang muatan Islam gaya baru yang coba ditawarkan ke publik.
"Pada tahun 1955 Masyumi bisa dikatakan leluasa membangun narasi Islam. Sekarang capaian tahun 1955 itu tidak bisa dijadikan acuan. Sebab narasi soal itu juga disuarakan partai Islam lainya," tukasnya.