Semarang, Gatra.com - Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang, sudah dipastikan hanya memiliki satu calon tunggal yakni Hendrar Prihadi yang kembali berpasangan dengan Hevearita Gunaryanti Rahayu (Hendi-Ita). Keduanya adalah pasangan petahana.
Dengan calon tunggal Pilwakot Semarang, membuat tensi politik di Kota Lunpia "adem ayem". Bahkan nuansa pesta demokrasi pun tak terasa, meski pemilihan akan digelar sebentar lagi atau tepatnya pada 9 Desember mendatang. Apalagi, pasangan ini mendapatkan dukungan dari seluruh partai yang memiliki kursi di DPRD Kota Semarang.
Melawan kotak kosong bukan berarti membuat tim kampaye Hendi-Ita berpangku tangan, terlebih berkaca pada Pilkada sebelumnya, sejumlah daerah dengan calon tunggal nyaris dikalahkan oleh kotak kosong.
Melihat hal itu, Partai pendukung Hendi-Ita tetap melakukan strategi politik, mulai melakukan konsolidasi internal sampai mendorong masyarakat Kota Semarang menggunakan hak pilihnya pada 9 Desember mendatang.
Hendi mengkau, tidak memiliki stategi khusus untuk melawan kota kosong. Namun yang pasti kata Hendi, dasar kegiatan kampanye yang dilakukan harus disesuaikan dengan regulasi yang berlaku, yaitu PKPU Nomor 13 Tahun 2020, dimana telah diatur sejumlah pembatasan kampanye.
Untuk itu upaya sosialisasi lebih fokus kepada kegiatan door to door atau pintu ke pintu, dan tidak mengumpulkan massa melebihi ketentuan yang diperbolehkan. "Di sisi lain, karena melalui PKPU Nomor 13 tahun 2020 sendiri juga didorong agar kegiatan lebih mengedepankan metode secara virtual, baik melalui aplikasi daring ataupun media sosial, kami pun menyiapkan beberapa perangkat interaktif yang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara virtual," katanya, Kamis (28/10).
Kampanye virtual yang saat ini sudah berjalan antara lain melalui Virtual Box, Hologram, dan Video mapping, yang kesemuanya juga untuk menarik minat masyarakat untuk mengenal kami sebagai pasangan calon.
Hendi mengaku bersyukur sampai saat ini tidak ada kelompok masyarakat atau komunitas yang mengkampayekan untuk mencoblos kotak kosong atau golput, berbeda dengan daerah-daerah lain yang memiliki calon tunggal. "Kalau di Kota Semarang khususnya, kami terus terang tidak melihat atau bahkan mendengar adanya komunitas masyarakat yang seperti itu," ucap dia.
Ia yakin masyarakat Kota Semarang sudah cukup cerdas untuk menentukan pilihan mereka pada Pilwakot 9 Desember mendatang. Apa yang terjadi di daerah lain bisa berbeda dengan yang terjadi di Kota Semarang. "Kami sendiri meyakini bahwa konsep pembangunan bergerak bersama yang selama lima tahun terakhir digerakkan, telah menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap kotanya ini, sehingga semangat pembangunan keberlanjutan juga ada dalam diri setiap lapisan masyarakat," lanjutnya.
Disinggung terkait dengan modal Hendi-Ita untuk memenangkan Pilwakot Semarang, Hendi mengaku, modalnya ada pada kepemimpinan yang telah ia lakukan bersama Ita untuk membangun Kota Semarang selama lima tahun terakhir. "Pada intinya, ikhtiar kami adalah melanjutkan tren positif pembangunan di Kota Semarang yang telah mampu diupayakan selamat lima tahun terakhir," ujarnya.
Tren positif itu diantaranya adalah bagaimana kawasan banjir yang telah menurun drastis dapat dituntaskan, bagaimana kondisi jalan baik yang meningkat tajam dapat disempurnakan, bagaimana estetika kota yang telah terbangun dapat dikuatkan, dan seterusnya. Tak ketinggalan tentu saja upaya membangkitkan ekonomi di masa pandemi ini, yang mana sebelum pandemi, laju perekonomian di Kota Semarang relatif tinggi.
Ditanya soal branding "Semarang Hebat" atau "Semarang Semakin Hebat" Hendi mengaku, hal itu bukalah merupakan city branding. Seruan tersebut kata dia, pada dasarnya merupakan jargon, sebagai penyemangat warga Kota Semarang untuk lebih percaya diri dalam mengembangkan kotanya.
Alih-alih mengerjakan city branding, Hendi menerangkan bahwa Kota Semarang sendiri sudah merupakan sebuah brand, yang kemudian Pemerintah Kota Semarang fokus untuk meningkatkan value brand tersebut. "Bukan bermaksud untuk mengesampingkan teori tentang city branding, namun memandang "Semarang" sebagai sebuah brand menjadi sebuah keniscayaan, melihat perbaikan citra Kota Semarang juga menjadi pekerjaan besar waktu lalu," katanya