Sumbawa, Gatra.com – Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Zulkieflimansyah lakukan cara personal untuk mendekatkan pelayanan pemerintahan dengan masyarakat, terutama yang bermukim di desa terpencil dan jauh dari fasilitas dan akses transportasi yang memadai. Zul kini aktif salat berjamah dengan warga, mengadakan dialog terbuka, bahkan menginap dan langsung iktikap di masjid, juga salat subuh berjamaah.
“Masyarakat NTB sudah familiar kalau Gubernur Zul rajin blusukan. Tapi ini bukan sekadar blusukan biasa. Ini ‘ekspedisi gila’, tapi sangat menantang,” ucap Asisten II Setda Provinsi NTB, Ir H. Ridwan Syah kepada Gatra.com, Rabu malam (28/10).
Baca Juga: Nasib Buntung Anak Pekebun Kampung
Ridwan menyebut kini masyarakat sudah paham bahwa apa yang dilakukan Gubernur Zul semata demi membuka mata bahwa masih banyak masyarakat yang belum tersentuh kelengkapan infrastruktur dasar di Pulau Sumbawa.
Sejak Senin (26/10), Gubernur Zul dan rombongan tiba di Desa Rarak Ronges, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat. Pemerintah langsung berdialog di Masjid Nurul Iman Ronges. Rarak Ronges adalah sebuah desa di pegunungan bertinggian sekitar 600 mdpl. Hawa sangat sejuk di desa penghasil kopi varietas robusta tersebut.
Dengan kawasan hutan yang masih lestari, wilayah desa ini juga menjadi sumber penghasil madu hutan alam. Dalam dialognya, Zul banyak berbicara soal kelestarian hutan dan bagaimana mendorong nilai tambah untuk produk kopi dan madu hutan.
Baca Juga: Akselerasi Akses Informasi diSeluruh Negeri diTengah Pandemi
Mengutip Zul, Desa Rarak Ronges punya potensi yang sama dengan Desa Marente, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa. Secara geografis bisa dibilang Rarak Ronges dan Marente masih serumpun, sama-sama desa di ketinggian, dan berada di kawasan lingkar hutan dalam satu pegunungan yang sama.
“Hanya saja, akses penghubung dari Desa Rarak Ronges menuju Marente masih sangat terbatas. Jalan belum diaspal. Sebagian jalan harus ditempuh dengan berjalan kaki, melintasi jalan tanah berlumpur dan menyusuri hutan dengan berjalan kaki sejuh 27 km. Butuh 7 jam perjalanan melewati perbukitan, kebun kopi, tiga sungai, lembah, dan tanjakan terjal dari Rarak Ronges menuju Matemega, Desa Marente," jelas Ridwan.
Menurut Gubernur, ia bersama pejabat lainnya memilih menginap di masjid karena di masjid biasanya toilet dan kamar mandinya lebih banyak dibandingkan di rumah penduduk. “Jadi kalau rombongannya banyak, tidur di masjid adalah pilihan paling istimewa dan mewah," ujar Bang Zul, demikian ia akrab disapa.
Baca Juga: Paslon Inginkan UKM Kreatif Tembus Pasar Eropa
Dusun Matemega, Desa Marente, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa terletak di ketinggian sekitar 560 mdpl, dan juga terkenal sebagai penghasil kopi. Madu hutan Sumbawa dari daerah ini juga sangat tersohor. Beberapa produk kopi luwak robusta dan madu hutan Sumbawa berlabel Matemega Sumbawa, bahkan sudah terkenal di lapak e-commerce seperti BukaLapak, Shopee, dan Tokopedia.
Namun masyarakat di daerah potensial ini masih hidup terbatas dengan segala kekurangan infrastruktur. Jika malam tiba, desa ini kurang bercahaya, listrik PLN belum menjangkaunya.
“Ada 18 usulan kepada Pak Gubernur, salah satunya masalah listrik, yang sangat kita butuhkan. Masalah listrik ini menjadi sangat pokok, untuk itu ia meminta untuk secepatnya ditindaklanjuti,” kata warga, Khairudin.