Baku, Gatra.com- Azerbaijan menuduh Armenia membunuh 21 orang dan melukai puluhan lainnya dalam serangan rudal di dekat wilayah yang disengketakan itu. Aljazeera, 28/10.
Azerbaijan menuduh Armenia membunuh 21 orang dan melukai puluhan lainnya dalam serangan rudal di Barda dekat wilayah sengketa Nagorno-Karabakh. Armenia pada Rabu segera membantah melakukan serangan itu.
Yerevan juga menuduh pasukan Azerbaijan melakukan serangan baru yang mematikan di wilayah sipil Nagorno-Karabakh, karena kedua belah pihak mengklaim yang lain menargetkan warga sipil setelah berminggu-minggu bentrokan sengit.
Sementara itu, kantor berita Ria Novosti melaporkan bahwa Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengonfirmasi penempatan penjaga perbatasan Rusia di sepanjang perbatasan Armenia dengan Nagorno-Karabakh.
"Tidak ada yang istimewa tentang ini," kata Pashinyan. "Penjaga perbatasan Rusia telah berada di perbatasan Armenia dengan Turki dan Iran ... Sekarang, karena perkembangan terbaru, penjaga perbatasan Rusia juga berada di perbatasan tenggara dan barat daya Armenia.”
Serangan Rabu terjadi meskipun gencatan senjata yang ditengahi AS telah disepakati pada akhir pekan, upaya gencatan senjata ketiga berturut-turut gagal hanya beberapa menit setelah diberlakukan.
Ajudan presiden Azerbaijan Hikmet Hajiyev mengatakan pasukan Armenia menembakkan rudal Smerch ke Barda, menuduh mereka menggunakan amunisi tandan "untuk menimbulkan korban yang berlebihan di antara warga sipil".
Kantor kejaksaan mengatakan serangan itu melanda daerah padat penduduk dan distrik perbelanjaan, menewaskan 21 warga sipil dan melukai sedikitnya 70 orang.
Kementerian pertahanan Armenia, sementara itu, menegaskan bahwa Azerbaijan merebut kota strategis Gubadli antara daerah kantong dan perbatasan dengan Iran, keuntungan militer yang nyata yang dapat membuat solusi diplomatik lebih rumit.
Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan dikendalikan oleh etnis Armenia. Sekitar 30.000 orang tewas dalam perang 1991-94 di wilayah tersebut.
Azerbaijan menolak solusi apa pun yang akan membuat orang Armenia mengendalikan daerah kantong itu, yang dianggapnya diduduki secara ilegal.
Armenia menganggap wilayah itu sebagai bagian dari tanah air bersejarahnya dan mengatakan penduduk di sana membutuhkan perlindungannya.
Kementerian pertahanan Nagorno-Karabakh telah mencatat 1.068 militer tewas sejak pertempuran meletus pada 27 September. Azerbaijan belum mengungkapkan korban militernya. Rusia memperkirakan sebanyak 5.000 kematian.