Jakarta, Gatra.com - Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT), Budi Arie Setiadi, mengatakan, ada sekitar 74.593 desa yang menunggu untuk diberdayakan oleh anak-anak muda yang menggeluti sektor pertanian, di antaranya pertanian organik.
"Regenerasi petani muda menjadi penting. Saya selalu mengulang-ulang slogan: Menjadi Petani Itu Keren!!," kata Budi Ari dalam acara Young Organic Festival (YORFest) 2020 secara virtual pada Rabu (28/10).
Dalam acara untuk mengajak anak muda memberdayakan desa lewat pertanian organik ini, Budi kembali menyampaikan tiga kata kunci untuk memajukan desa, yakni desa, Pemuda, dan organik.
"Saat ini baru sekitar 3,5% anak muda yang bergerak di sektor pertanian. Tahun 2030 kita mendapat bonus demografi dengan 190 juta kaum muda," katanya.
Menurut Budi, mulai saat ini anak muda harus kembali ke sektor pertanian. Orang tua secara alami pasti akan digantikan oleh yang muda. "Jangan biarkan bangsa ini terancam krisis kekurangan petani," tandasnya.
Sesuai data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), 10 tahun terakhir ini permintaan produk organik tumbuh hingga 16-20% setiap tahun. Sementara pertanian konvensional hanya menyumbang 1-2% pertumbuhan pertanian dunia.
Pertanian organik terbukti menjadi sektor andalan. Bahkan pada masa pandemi sekarang ini, sektor pertanian di Indonesia secara keseluruhan tumbuh paling tinggi 16,24% secara tahunan.
Sementara itu, Ketua Panitia YORFest 2020, Andre OPA Sumual, menjelaskan, YORFest merupakan kegiatan tahunan pegiat organik di Indonesia, berupa kumpulan komunitas anak muda yang peduli dengan pertanian, perkebunan, peternakan, dan bisnis yang berhubungan dengan pendayagunaan ekosistem organik.
"Bersatu dan berbagi inspirasi untuk pertumbuhan ekonomi melalui pertanian organik yang berkelanjutan sebagai wujud regenerasi petani Indonesia dalam membentuk kemandirian dan menggali potensi alam di Indonesi," ujarnya.
YORFest 2020 diharapkan dapat menginspirasi para petani muda organik untuk mencipta nilai tambah produk pertanian, perkebunan, perternakan dari eko-sistem organik yang berorientasi ekspor, berupa produk siap guna (green label), bukan hanya meng-ekspor raw material yang bernilai murah.
Dalam situasi pandemi ini, YORFest pertama ini berlangsung secara virtual yang dikemas dalam 2 bagian, yaitu conference dan exhibition diawali oleh Wamendes PDTT Budi Arie Setiadi dengan menampilkan pembicara-pembicara muda yang sudah berkecimpung dalam bisnis pertanian organik. Berlangsung selama 2 hari, tanggal 28-29 Oktober 2020, YORFest 2020 akan ditutup oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"YORFest memberikan pengalaman baru dalam sebuah konferensi dan pameran karena peserta bisa mendengarkan sharing session dan pameran produk industri organik semuanya secara virtual dan gratis," kata Andre Opa.
Para pembicara yang berpartisipasi berbagi pengalaman di hari pertama, selain Wamendes PDTT Budi Arie Setiadi, juga ada Kepala Kantor Staf Presiden yang juga adalah Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jend (Purn) Dr. Ir. Moeldoko S.I.P, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas M.Si, dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Kasan.
Sedangkan dari kalangan anak muda pelaku industri pertanian organik yang bersedia berbagi pengalamannya, yakni Angeline Theo (Boja Farm), Tari Dana (Avana Green), Andhika Mahardika (Agradaya), Suradi (The Learning Farm), Raka Bagus (Ladang Lima), Putri Arif Febrila (Bulk Source), Christopher Satriandaru (Cocona Care), Margaret Agustina (Jagapati.com), Dwi Anoraganingrum (Indocon GmbH), Dedi Wahyu Hernanda (Genpi Nasional), dan Ichwan Joesoef (Indonesia Trade Promotion Center, Osaka, Japan).
Untuk hari kedua, ada Ivanka (bassist Slank), Reza Purnamo (BioCert), Fikri S. Tsauri (Certifier), Muslahudin Daud (petani muda Aceh), Fransiscus Richard (Triasindo Royal Agro), Junaidi Prasetyo (Pupuk Organik), Christopher Jayanata (Komunitas Organik Indonesia), Henindra Primala (Crowd Funds), Anisa Paramita (SPIND.id), Fendi Hartanto (Lojin.co.id).
YORFest 2020 ini diharapkan bisa menjadi momentum bagi pemuda Indonesia untuk bergerak di sektor pertanian, khususnya pertanian organik dan mengambil bagian dalam regenerasi petani.