Solo, Gatra.com - Sebuah buku karya Ahmad Bahar berjudul 'Menang Ora Opo-opo Kalah Yo Uwis' mengupas peristiwa seorang putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang nyalon wali kota, dalam balutan norma adat. Bukan muatan politik yang ditonjolkan karya nonfiksi ini, namun fenomenanya.
"Gibran seolah-olah melampaui pakem yang sudah tertata rapi. Banyak yang dilangkahinya. Terutama yang sudah sepuh dan senior. Putra Presiden RI ini mendapat restu langsung dari Bu Mega. Nah, fenomena ini yang saya rangkum dalam buku setebal 153 halaman dan sembilan bab ini," kata pria bernama lengkap Ahmad Bahrudin ini kepada wartawan di sebuah perbincangan di warung lesehan di sudut Kota Solo, Senin (26/10).
Juminem dipilihnya menjadi nama pengarang buku yang akan segera diluncurkan. Pria yang tinggal di Depok, Jawa Barat ini menolak bukunya memuat propaganda atau produk politik timses Gibran. Seperti diketahui, Gibran merupakan calon wali Kota Solo. Bahkan ia sengaja tidak menggali data langsung dari pemilik kuliner Markobar itu.
"Buku ini saya buat enam bulan sebelum Pilkada Solo. Ini bukan biografi. Melainkan opini dan kajian terbuka," katanya.
Dalam bukunya, tiap bab mencomot pepatah yang diakrabi masyarakat Jawa. Bab I berjudul Ngono Yo Ngono Nanging Ojo Ngono memuat langkah sah namun dianggap kurang pantas saat Gibran melibas hirarki senioritas partainya, lalu muncul dan unggul. Bab II, Wes Wayahe yang mempertanyakan apakah saatnya pakem dan batasan-batasan norma didobrak oleh seseorang dan apakah itu Gibran Rakabuming Raka?
Judul bab selanjutnya pekat filosofi seperti Ojo Dumeh, Aji Mumpung, Bener Durung Mesti Pener, Ojo Gumunan, Menang Lumrah Kalah Ojo Wirang, dan Opo Aku Salah.
"Gibran saya tulis sebagai peristiwa budaya. Jadi anak muda sekarang repot. Apalagi seorang anak presiden. Kalau berprestasi dikira KKN. Gibran semisal menang juga pasti banyak yang mengira itu wajar. Namun jika kalah, apakah ia akan mengadu ke bapaknya? Maka, buku ini berisi kajian terbuka dan opini," kata Alumnus UGM ini.
Belum dipastikan lokasi peluncuran Buku 'Menang Ora Opo-opo Kalah Yo Uwis' ini. Sang penulis tak mau berurusan dengan Bawaslu karena dikira melanggar aturan kampanye. Rencananya, buku tersebut akan dijual secara daring (online) atau melalui marketingnya.
"Saya ini penulis independen. Bukunya bukan pesanan dari siapapun," katanya.