Pekanbaru, Gatra.com - Lelaki 34 tahun ini akhirnya bisa bernapas lega. Hasil diskusinya selama ini dengan Yusri, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kampar itu, sudah berujung pada Surat Keputusan Tim Percepatan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Bupati Kampar, Catur Sugeng Susanto yang meneken SK itu bulan lalu. Ini berarti, Pemkab Kampar sudah benar-benar terlibat dalam semua hal yang berkaitan dengan PSR.
Yang membikin Ketua DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia ini semakin lega, Yusri sendiri yang ditunjuk Catur jadi ketua Tim Percepatan PSR Riau.
"Sejak tahun lalu saya resmi jadi ketua DPD Apkasindo Kampar, sejak saat itulah Pak Yusri menjadi supporter utama kami. Banyak hal yang kami bincangkan terkait PSR itu," cerita Helkis kepada Gatra.com, Sabtu (24/10).
"Kalau ada masalah apapun terkait PSR ini, jangan segan-segan cerita dengan saya, selagi bisa kita beresin, pasti langsung kita beresin," begitulah Yusri mengingatkan Helkis.
Yusri tak menampik kalau kepeduliannya soal PSR ini muncul setelah dia banyak berdiskusi dengan Helkis.
"Saya memang cari tahu semuanya. Alhamdulillah, Saya bersama Pemkab Kampar sangat berterimakasih dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) atas program PSR itu. Tinggal lagi sekarang, seperti apa kami akan menggenjot PSR ini, supaya para petani swadaya di Kampar, bisa menikmatinya," kata lelaki 48 tahun ini.
Kepada Apkasindo, khususnya DPD Kampar, lelaki bergelar Datuk Bandaro Mudo ini berharap untuk terus menggelorakan semangat yang ada, demi petani kelapa sawit, khususnya petani swadaya yang ada di Kampar.
Baca juga: Antara Target, Pekebun Swadaya dan Eks Pekebun Plasma di Kampar
"Saya berterimakasih dan senang bermitra dengan Apkasindo ini. Organisasi yang benar-benar bisa memberikan manfaat besar kepada petani kelapa sawit swadaya," katanya.
Yusri kemudian cerita kalau sebetulnya, manfaat PSR ini tidak hanya sebatas pada meremajakan pohon kelapa sawit yang sudah tua.
Tapi justru, oleh PSR tadi, geliat ekonomi petani akan kembali hidup. "Dengan PSR, nilai ekonomis kebun petani melonjak. Dari yang tadinya hanya Rp40 juta per hektar --- dalam kondisi tidak produktif --- menjadi Rp150 juta perhektar --- setelah produktif. Ini kan dampak yang sangat luar biasa," katanya.
Belum lagi setelah tanaman berproduksi, pelaku-pelaku ekonomi baru akan muncul. "Dan yang paling bisa dipastikan, produktifitas petani akan meningkat lantaran tanaman kali ini adalah tanaman yang terencana dan terstruktur. Dengan begitu, target pemerintah untuk meningkatkan produksi kelapa sawit tanpa harus memperluas lahan, akan kesampaian," ujar Yusri.
Biar target itu benar-benar kesampaian, di sinilah peran tim teknis Pemkab Kampar, "Kami akan menggenjot dinas perkebunan kami untuk mengawal ini," ujar Yusri.
Abdul Aziz