Jakarta, Gatra.com – Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menyatakan akan kembali menggelar aksi demonstrasi pada 28 Oktober mendatang. Mereka menuntut agar Presiden Joko Widodo mencabut Omnibus Law UU Cipta Kerja. Unjuk rasa tersebut diketahui bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda dimana sejumlah elemen mahasiswa berencana menggelar aksi di Gedung DPR/MPR RI.
Pengamat intelijen Ridlwan Habib menilai isu yang diusung dalam demonstrasi sudah kehilangan relevansinya. Pemerintah setidaknya sudah menyusun 35 Peraturan Pemerintah (PP) dan 5 Peraturan Presiden (PP) dengan menampung segala masukan dan aspirasi dari masyarakat.
“Tuntutan soal UU Cipta Kerja sudah direspon pemerintah, bahkan Presiden Jokowi sampai mengeluarkan pernyataan pers terkait itu, jadi pada dasarnya sudah didengar dan sampai,” ujar Ridlwan dalam keterangannya kepada Gatra.com, Sabtu (24/10).
Demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja menurut Ridlwan sudah mulai melenceng dari isu utamanya. Tidak hanya menyuarakan aspirasi keberatan terhadap UU Cipta Kerja, gelombang masa aksi juga mengultimatum Presiden Jokowi untuk mundur bila aspirasi itu diabaikan.
“Tuntutan agar Presiden mengundurkan diri atau turun gara-gara satu pembuatan undang undang menurut saya sama sekali tidak masuk akal,” ujar alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia (UI) tersebut.
Apalagi dalam beberapa kali demonstrasi terakhir berakhir dengan suasana rusuh. Aksi anarkisme dan vandalisme terjadi di banyak tempat seperti pembakaran fasilitas publik, pelemparan batu dan konflik di lapangan. “Akibatnya masyarakat menjadi jenuh dan antipati dengan demonstrasi, rakyat ingin suasana Indonesia yang sedang dilanda corona ini damai dan aman,” katanya.
Apalagi momentum Tanggal 28 Oktober tersebut juga bertepatan sehari sebelum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. “Alangkah bijaknya jika tidak perlu berdemo namun diganti dengan acara acara diskusi yang ilmiah dan mencerahkan,” ujar Ridlwan.
Mantan aktivis BEM UGM itu menilai para mahasiswa saat ini sudah cerdas dan pandai menilai situasi. Ia berharap mahasiswa tidak terprovokasi oleh oknum-oknum yang ingin suasana negara berakhir chaos. “Jangan sampai adik-adik aktivis dimanfaatkan oleh segelintir orang yang punya motivasi lain dan justru tidak membela kepentingan rakyat,” pungkasnya.