Solok,Gatra.com - Harga bawang merah tingkat petani di sentra produksi Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, mengalami kenaikan Rp5.000 per kilogramnya (Kg) yakni dari Rp15.000 per Kg, menjadi Rp20.000 per Kg.
Marniyenti (38) petani bawang merah di Alahan Panjang, mengatakan, kenaikan harga bawang merah tersebut sudah berlangsung sejak beberapa hari yang lalu. "Biasanya bawang merah ukuran besar hanya dijual Rp15.000 per Kg dan bawang merah ukuran menengah Rp10.000 per Kg. Sekarang sudah naik jadi Rp20.000 per Kg," katanya, Rabu (21/10).
Di sisi lain, ia mengakui saat ini para petani mulai mengalami kesulitan dalam perawatan bawang merah. Karena sering diserang hama dan ulat daun.
Petani lainnya, Yanti (37) menyebutkan selain bawang merah, cabai juga mengalami kenaikan harga menjadi Rp31.000 per Kg dari sebelumnya hanya Rp28.000 per Kg.
"Kenaikan harga cabai ini sejak sebulan yang lalu secara bertahap. Bahkan beberapa bulan yang lalu harganya sampai anjlok Rp7.000 per Kg," ujar dia.
Menurut dia kenaikan harga cabai tersebut disebabkan karena ketersediaan cabai di tingkat petani Alahan Panjang berkurang. Sedangkan jumlah permintaannya di pasaran terus meningkatkan.
"Selain itu, harga kentang juga naik menjadi Rp9.500 dari sebelumnya Rp9.000 per Kg," ucapnya.
Sementara, petani lainnya Rena (37) menyebutkan sejumlah sayuran lainnya mengalami penurunan harga seperti tomat turun manjadi Rp2.000 per kg dari sebelumnya mencapai Rp3.000 per kg.
"Kemudian harga kubis juga turun drastis hanya Rp300 per Kg dari sebelumnya mencapai Rp3.000 per Kg," ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan rendahnya harga kubis tersebut, menyebabkan petani mengalami kerugian karena hasil yang didapat tidak sebanding dengan biaya tanam yang dikeluarkan.
"Tidak hanya itu, murahnya harga kubis tersebut juga menyulitkan petani menemukan pembeli. Sehingga kubis yang sudah selayaknya dipanen terpaksa dibiarkan membusuk di ladang," ujar dia.
Akibatnya, petani mengalami kerugian yang cukup besar. "Apalagi saat ini pupuk dan pestisida untuk perawatannya juga serba mahal," katanya.
Menurutnya salah satu penyebab menurunnya harga kubis tersebut juga disebabkan karena dampak pandemi Corona Virus Disaese (Covid-19) yang membuat daya beli masyarakat berkurang sehingga permintaan pasar pun lesu.
Ia menyebutkan biasanya sebelum pandemi Covid-19, penjualan kubis paling rendahnya Rp150.000 per karung dengan berat 50 Kg. Namun sekarang turun drastis menjadi Rp15.000 per karungnya. "Mungkin karena Covid-19 ini, sehingga pembelian sayuran, termasuk kubis, di pasaran juga menurun," tandasnya.