Tegal, Gatra.com - Cuaca buruk yang melanda perairan Laut Jawa dalam beberapa hari terakhir membuat ratusan nelayan tradisional di Kota Tegal, Jawa Tengah menganggur. Mereka terpaksa menumpuk utang selama tidak melaut.
Salah satu nelayan di Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Warto (60) mengaku sudah tidak melaut selama satu pekan karena cuaca buruk.
"Kalau dipaksakan melaut bahaya. Ombak 1,5 meter dan arusnya deras. Selain itu, hasil tangkapan juga tidak ada. Jadi malah rugi kalau melaut," tutur dia, Rabu (21/10).
Menurut Warto, saat cuaca normal, nelayan yang menggunakan perahu berukuran di bawah 5 gross ton (GT) seperti dirinya biasanya melaut selama satu hari. Dengan modal untuk membeli solar dan perbekalan melaut sebesar Rp300 ribu, penghasilan yang didapat berkisar Rp200 ribu. Jumlah itu kemudian dibagi jumlah anak buah kapal.
"Kalau pas cuaca buruk seperti sekarang tidak dapat penghasilan sama sekali karena nganggur total. Makannya ya makan utang," ujarnya.
Warto menyebut cuaca buruk pada tahun ini tergolong lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Ini tidak tahu sampai kapan. Tahun kemarin tidak sampai seperti ini. Tahun kemarin masih bisa melaut, masih ada penghasilan," ungkapnya.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Riswanto mengatakan, jumlah kapal nelayan tradisional di Kelurahan Tegalsari yang terdampak cuaca buruk mencapai 25 kapal.
"Kalau misalkan satu kapal ada empat ABK, tinggal dikalikan jumlah kapal. Mereka nelayan yang melautnya harian dengan kapal ukuran di bawah 5 (GT). Kalau kapal-kapal di atas 30 GT yang sudah di laut biasanya berlindung dulu kalau sudah tahu ada cuaca buruk," ujar Riswanto, Rabu (21/10).
Menurut Riswanto, pihaknya sudah menyampaikan imbauan kepada nelayan agar tidak melaut terlebih dahulu sesuai dengan imbauan dari BMKG terkait kondisi cuaca di wilayah Jawa Tengah. Namun pihaknya tidak bisa melarang jika ada nelayan yang tetap berangkat melaut.
"Mempertimbangkan cuaca dan keselamatan nelayan, nelayan diimbau untuk sementara jangan melaut dulu. Tapi kembali lagi itu adalah kebutuhan ekonomi. Jadi kami tidak bisa melarang mereka. Kami sifatnya hanya bisa mengimbau," ujarnya.
Riswanto juga mengimbau nelayan untuk mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini agar nelayan mendapat jaminan sosial ketika mengalami kecelakaan saat melaut. "Harapannya tidak sampai terjadi, tapi ini untuk memberi perlindungan kepada nelayan kalau mendapat musibah," ujarnya.