Home Politik Dinkes Pekanbaru: Jam Malam Opsi Redam Covid-19

Dinkes Pekanbaru: Jam Malam Opsi Redam Covid-19

Pekanbaru, Gatra.com - Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Muhammad Noer, menyebut penerapan jam malam bisa menjadi opsi meredam sebaran Covid-19. Namun, opsi tersebut harus dibahas bersama pemangku kepentingan yang lain. 

Noer menilai penerapan sosial berskala mikro (PSBM), yang dilakukan beberapa waktu lalu kurang optimal lantaran diterapkan pada pukul 21:00 WIB. 

"Saran saya bagusnya dipercepat menjadi pukul tujuh malam. Karena bisa lebih awal menyekat mobilitas orang. Tapi saran ini tentu tidak bisa langsung dieksekusi," katanya di Pekanbaru, Rabu (21/10). 

Noer mengakui pembatasan sosial terhadap masyarakat tidak mudah diterapkan. Sebab hal tersebut berkaitan dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu PSBM pukul 21:00 sengaja dipilih, dengan mempertimbangkan momen tersebut bukan waktu produktif masyarakat. 

"Tapi kalau kita bandingkan dengan pembatasan skala besar tempo hari, PSBM kurang optimal. Karena mobilitas masyarakat meningkat dibandingkan sebelumnya. Kalau upaya meredam Corona ini hanya bertumpu kepada pemerintah, tidak akan sanggup. Perlu kesadaran ditengah publik," imbuhnya.

Hal senada juga diutarakan Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Provinsi Riau, dr. Nopriadi SKM. M.Kes. Ia menyebut mobilitas masyarakat memang sangat beperan dalam menentukan naik turunya sebaran Covid-19. 

Ia menilai, sejatinya sebaran Covid-19 dapat diredam sejak awal pesebaranya di Pekanbaru, dengan cara menutup kota atau lockdown. 

"Kalau dulu sejak awal ada keputusan untuk melakukan itu, maka kasusnya tidak separah saat ini. Dibandingkan saja PSBB dengan PSBM, PSBB terlihat lebih optimal meredam sebaran Covid-19. Sekarang ini kan sebarannya sudah sampai tahap rumah tangga, bukan lagi antar wilayah," katanya.

Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Provinsi Riau, hingga Selasa (20/10) jumlah pasien suspek Covid-19 mencapai 6519 orang. Dari jumlah tersebut 43 orang meninggal, 117 orang diisolasi di rumah sakit, 604 orang isolasi mandiri. 

280