Jambi, Gatra.com - Aksi massa yang menolak Undang-Undang Cipta Kerja (UU Cika) ricuh di Jambi. Satu motor polisi dibakar pengunjuk rasa pada Selasa (20/10). Ratusan massa dari berbagai elemen mahasiswa menggelar aksi sejak pukul 11.00 WIB sampai 19.30 WIB. Sejumlah polisi dan massa dikabarkan mengalami cidera akibat kerusuhan yang terjadi.
Diawali berjalan kaki dari Kampus Unja menuju Gedung DPRD Provinsi Jambi, demonstran membakar ban bekas serta aksi teater drama di persimpangan empat di depan Bank Indonesia. Asap hitam tampak membubung tinggi. Para orator dari berbagai kampus bergiliran menyuarakan ketidakpuasaan atas kinerja pemerintah dan DPR.
Dalam orasinya, Kordinator lapanganaksi Arby Tya Afrilianif Surahman dan Nanda Herlambang, mengatakan, saat ini pejabat yang notabene adalah wakil rakyat justru tidak mendengar suara rakyat yang saat ini disuarakan. Aksi gerakan mengatasnamakan Rakyat Jambi Berdaulat gabungan BEM se-Kota Jambi, ini bertepatan satu tahun kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Kami mencium aroma persekongkolan, tidak terbuka, dan mengkhianati Rakyat yang menolak Cipta Kerja Omnibus Law," serunya.
Aksi saling saling dorong antara mahasiswa dan aparat keamanan tidak terelakkan, sehingga polisi memukul mundur massa dengan tembakan gas air mata. Saat reda massa kembali merangsek maju tapi kembali mundur saat kembali terdengar ledakan gas air mata.
Massa menuntut DPR, partai politik dan pemerintah mendukung penolakan tersebut. Kemudian mendesak Pjs Gubernur Jambi Restuardy Daud secepatnya mengeluarkan sikap resmi tertulisnya sebagai bentuk dukungan. Mereka melihat bahwa pemerintah sekedar memanfaatkan Omnibus Law untuk kesenangan para investor dan pelaku usaha. Banyak kemudahan yang diberikan kepada mereka tapi justru akan menyengsarakan rakyat ke depannya.
"Presiden Jokowi, harus minta maaf dan secepatnya mencabut UU (Cika) tersebut," pinta mahasiswa.
Pada kesempatan ini mereka juga minta kepada Kapolda Jambi, Irjen Pol Firman Shantyabudi mengusut tuntas oknum Polisi yang menembaki mahasiswa secara membabi buta dengan tembakan gas air mata. "Dan, meminta maaf serta mengusut bekas peluru yang ditembakan ke Gedung DPRD Provinsi supaya masyarakat tahu itu milik siapa, karena itu telah melanggar SOP pihak keamanan," desak massa.
Sekitar pukul 18.00 WIB, dua polisi disandera oleh mahasiswa di Kampus Unja Telanaipura. Polisi yang disandera itu berhasil diselamatkan, namun satu sepeda motor dinas polisi Kawasaki KLX yang tertinggal tak sempat diselamatkan hangus dibakar. Dalam aksi tersebut ada tujuh mahasiswa, empat pelajar SMK/SMA dan sejumlah polisi dikabarkan mengalami luka akibat kericuhan tersebut. Bahkan, beberapa massa aksi juga ditangkap aparat.
Kemudian, polisi mengejar mahasiswa dan pelajar yang dianggap melakukan tindakan anarkis, pengejaran hingga depan kantin di taman anggrek disana.
Ubay salah seorang pedagang di kawasan tersebut mengatakan, polisi bahkan menciduk pelajar yang menurutnya tidak melakukan tindakan anarkis.
"Tadi ada anak sekolah lagi makan siomay. Dia cuma liat aja, tapi langsung diamankan polisi, itu siomaynya saja belum habis," kata Ubay.
Selain itu, sejumlah jurnalis dari berbagai media mendapat intimidasi dari oknum aparat saat meliput demonstrasi. Jurnalis mendapatkan intimidasi hingga pelarangan peliputan saat polisi mengamankan sejumlah massa aksi hingga ke kawasan taman anggrek.
"Tadi ada polisi yang ngancam dan hampir ngerampas handycam kami,"kata Karlina, seorang wartawan perempuan.
Menurutnya, meski sudah menjawab bahwa dirinya adalah jurnalis. Polisi tetap memaksanya untuk tidak mengambil video. "Dia ngejar, kami langsung lari ke arah kawan wartawan lainnya. Nunjuk bilang awas kau ngambil video-video lagi," kata dia.
Bukan hanya Karlina, temannya bernama Fizil juga mendapatkan tindakan yang sama, dilarang mengambil gambar saat motor polisi yang dibakar massa. Bahkan jurnalis tersebut sempat dipukul polisi.
Usai pengamanan aksi demo mahasiswa di kawasan kantor, kepolisian memastikan situasi Kamtibmas dalam keadaan aman dan kondusif. "Saat ini massa aksi sudah bubar dan situasi kondusif serta arus lalu lintas mulai lancar," ujar Kabid Humas Polda Jambi, Kombes Pol Kuswahyudi Tresnadi.
Pihaknya juga memohonan maaf kepada masyarakat yang terganggu atau terkena asap gas air mata akibat aksi demo ini. "Kami minta maaf bila ada yang terganggu asap gas air mata untuk bubarkan massa tadi," ujar Kuswahyudi Tresnadi.
Polisi mengimbau kepada pendemo untuk menyalurkan aspirasi dengan damai dan tertib sehingga tidak mengganggu masyarakat lainya. "Kami siap mengawal aspirasi massa, tapi bila anarkis kami akan tindak sesuai peraturan dan ini juga untuk melindungi masyarakat lainya," kata dia.